Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

10 Tahun Setelah Bencana Fukushima, Bagaimana Nasib Energi Nuklir di Masa Depan?

Kompas.com - 04/03/2021, 13:20 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

PARIS, KOMPAS.com – Hingga saat ini, energi nuklir atau pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) berkontribusi sekitar 10 persen dari seluruh produksi listrik dunia.

Kendati berkontribusi cukup besar dalam sektor ketenagalistrikan, tenga nuklir masih dianggap sebagai salah satu sumber energi yang kontroversial.

Melansir AFP, energi nuklir semakin terpojok ketika tsunami memicu bencana nuklir di Fukushima, Jepang, pada Maret 2011.

Kini, setelah 10 tahun sejak bencana itu terjadi, AFP merangkum pengembangan dan “krisis” yang dialami energi nuklir di seluruh dunia.

Baca juga: Iran Tolak Pembicaraan Awal Kesepakatan Nuklir dengan AS dan UE

Jumlah reaktor semakin sedikit

Seorang analis dan konsultan independen untuk kebijakan energi dan nuklir yang berbasis di Perancis, Mycle Schneider, mengatakan bahwa energi nuklir mengalami “krisis" bahkan sebelum bencana nuklir Fukushima.

"Itu adalah industri yang mengalami krisis serius secara global sebelum peristiwa Fukushima terjadi. Krisis ini semakin memburuk sejak saat itu," kata Schneider.

Tingginya biaya konstruksi dan kekhawatiran tentang keselamatan dalam PLTN telah mendinginkan minat dalam industri.

Dua faktor itu membuat jumlah reaktor nuklir telah menyusut dalam 10 tahun terakhir.

Baca juga: Israel Dikabarkan Bangun Proyek Terbesar di Fasilitas Nuklir Rahasia

Pada 2010, total ada 429 PLTN di seluruh dunia. Pada akhir 2020, jumlah PLTN di seluruh dunia menyusut menjadi 412.

Meski jumlah PLTN menyusut, sebaliknya, kapasitas terpasang PLTN di seluruh dunia justru meningkat.

Pada 2010, ada 365,3 gigawatt kapasitas terpasang PLTN di seluruh dunia. Pada 2020, kapasitas terpasang PLTN menjadi 367,1 gigawatt.

Ini menandakan, PLTN baru yang dibangun memilik kapasitas terpasang yang sangat besar dan beberapa PLTN lama meningkatkan kapasitas terpasangnya.

Baca juga: Benarkah Ada Perangkat Nuklir di Himalaya yang Sebabkan Banjir di India?

China masuk, Jerman keluar

Jerman memutuskan untuk meninggalkan energi nuklir pada 2022 setelah bencana Fukushima terjadi.

Dua negara di Benua Eropa, Belgia dan Swiss, menyusul langkah Jerman dengan berencana menghentikan penggunaan PLTN.

Namun, di belahan dunia lain, China berencana untuk mengembangkan sektor ini dengan membangun beberapa proyek baru.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com