NEW DELHI, KOMPAS.com - Di sebuah desa di Himalaya India, beberapa generasi penduduknya percaya bahwa terdapat perangkat nuklir terkubur di bawah tumpukan salju dan bebatuan di pegunungan yang menjulang tinggi.
Pada awal Januari, desa Raini Chak Lata, India, dilanda banjir bandang. Penduduk desa panik dan santer rumor beredar bahwa perangkat itu "meledak", sehingga memmicu banjir.
Para ilmuwan meyakini gletser longsor yang menyebabkan banjir bandang di India dan 50 orang tewas di negara bagian Uttarakhand berdekatan dengan Himalaya.
Namun, melansir BBC pada Minggu (21/2/2021), bahwa alasan para ilmuwan tidak akan dipercaya oleh masyarakat desa Raini yang memiliki 250 rumah tangga.
Baca juga: Puluhan Orang Masih Terperangkap dalam Terowongan Setelah Gletser Himalaya Runtuh
"Kami pikir perangkat itu yang berperan. Bagaimana gletser bisa lepas begitu saja di musim dingin? Kami pikir pemerintah harus menyelidiki dan menemukan pernagkat itu," kata Sangram Singh Rawat, penduduk desa dengan mengandalkan pertanian pegunungan.
Ihwal cerita kepercayaan spionase ketinggian, bahan radioaktif yang digunakan untuk sistem mata-mata elektronik, yang dibawa oleh beberapa pendaki top dunia, menjadi ketakutan mereka.
Keyakinan mereka bukan tanpa alasan. Ada cerita pada 1960, ketika AS bekerja sama dengan India untuk menempatkan perangkat pemantau bertenaga nuklir di Himalaya.
Alat yang dikabarkan untuk memata-matai uji coba nuklir dan penembakan rudal China.
China telah meledakkan perangkat nuklir pertamanya pada 1964.
"Paranoia perang dingin sudah tinggi. Tidak ada rencana yang terlalu aneh, tidak ada investasi yang terlalu besar, dan tidak ada cara yang tidak dapat dibenarkan," kata Pete Takeda, editor kontributor di Majalah Rock and Ice AS, yang telah banyak menulis tentang subjek tersebut.
Baca juga: Destabilisasi Ekosistem Himalaya Ancam Sumber Minum Kawasan Asia
Pada Oktober 1965, sebuah kelompok pendaki dari India dan Amerika membawa 7 kapsul plutanium bersama dengan peralatan pengawasan, dengan berat sekitar 57 Kg.
Kapsul itu dimaksudkan untuk ditanam di atas Nanda Devi, puncak tertinggi kedua Indina dan dekat perbatasan timur laut India dengan China. Tingginya 7.816 meter.
Badai salju memaksa para pendaki untuk mengakhiri pendakian jauh sebelum puncak.
Saat mereka turun, semua perangkat itu mereka tinggalkan, yang terdiri dari antena sepanjang 1,8 meter, 2 set perangkat komunikasi radio, sebuah pembangkit daya, serta 7 kapsul plutanium.
Sebuah majalah melaporkan bahwa perangkat itu ditinggalkan di "celah terlindung" dari angin di lereng gunung.