Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Destabilisasi Ekosistem Himalaya Ancam Sumber Minum Kawasan Asia

Kompas.com - 10/02/2021, 12:40 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Miliaran populasi di China, Asia Selatan dan Asia Tenggara bergantung hidup dari sungai-sungai raksasa yang mengalir dari Himalaya.

Sungai Yangtse, Ganga, Indus, Bhramaputra, Irrawady atau Mekong hingga kini merupakan sumber air terpenting di kawasan.

Namun perubahan iklim perlahan menggerogoti stabilitas ekosistem di Himalaya, yang ditandai dengan penyusutan gletser akibat kenaikan temperatur.

Kondisi gletser secara langsung berpengaruh pada kondisi sungai, yang mengandalkan separuh volumenya pada asupan gletser.

Hal ini diperparah dengan giatnya pembangunan infrastruktur air seperti bendungan irigasi atau pembangkit listrik.

"Ekosistem sungai terancam oleh proyek pembangunan, pembuangan limbah solid atau cair, penambangan pasir atau batu,” kata Himanshu Thakkar, peneliti Jaringan Asia Selatan untuk Bendungan, Sungai dan Manusia, kepada AFP.

"Perubahan iklim yang terjadi dalam jangka waktu panjang sudah mulai terlihat. Dampaknya sudah nyata,” imbuhnya. "Jadi sungai-sungai ini memang sedang sangat terancam”.

Bencana di negara bagian Uttarakhand, India, akhir pekan silam, diyakini dipicu akibat jebolnya kantung air di dalam gletser, yang menghunjam ke lembah di bagian bawah dengan kecepatan tinggi.

Terjangan air menewaskan belasan orang, sementara sebanyak 170 orang masih dinyatakan hilang.

Banjir turut menghancurkan satu bendungan, dan merusak bendungan lain yang berada tak jauh di bawah. Sungai Dhauliganga adalah salah satu anak sungai Ganga yang mengalir hingga ke Teluk Benggala.

Baca juga: Gletser Longsor Picu Banjir Bandang, 14 Orang Tewas dan 170 Lainnya Hilang

Bendungan lemahkan struktur geologi?

Tim ilmuwan telah diterjunkan ke lokasi kejadian untuk menyelidiki sebab bencana. Sejumlah pegiat lingkungan kembali menggaungkan kecurigaan lama, betapa proyek bendungan bisa membuat kawasan pegunungan menjadi tidak stabil.

"Area ini sangat rentan, jadi tidak tepat untuk dijadikan lokasi pembangunan dua pembangkit listrik yang saling berdekatan,” kata Himanshu.

"Tidak ada perencanaan yang matang, atau penelitian dampak dan studi geologis,” imbuhnya.

 

Hal senada diungkapkan sejumlah organisasi lingkungan internasional, yang mencatat proyek pembangunan kedua bendungan membuat dinding lembah yang curam menjadi rapuh, dan berisiko longsor.

Kenaikan temperatur juga dinilai berkontribusi pada pelemahan struktur geologi di pegunungan Himalaya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com