Penulis: Murali Krishnan/DW Indonesia
NEW DELHI, KOMPAS.com - Hari Jumat (19/4/2024) menandakan dimulainya pemilihan umum terbesar di dunia. Di India, sekitar 970 juta penduduk berhak memberikan suara dalam tujuh fase pencoblosan yang dimulai pada 19 April dan berlangsung selama enam pekan.
Perdana Menteri Narendra Modi ingin mengamankan masa jabatan ketiga. Untuk itu, dia harus mempertahankan mayoritas kursi di Lok Sabha, majelis rendah India yang beranggotakan 543 orang.
Kontestasi demokratik ini melibatkan enam partai politik nasional, 57 partai lokal di tingkat negara bagian dan sebanyak 2.597 partai-partai kecil yang boleh dipilih, tapi tidak lolos verifikasi Komisi Pemilihan Umum.
Baca juga: Pemilu India Dimulai Hari Ini, Narendra Modi Incar Masa Jabatan Ketiga
Meski demikian, persaingan paling sengit akan dilakoni kedua partai terbesar di India, yakni Partai Bharatiya Jannata (BJP), yang sekarang berkuasa dan partai oposisi Kongres Nasional India (INC).
INC tahun ini membentuk aliansi 28 partai dan sejumlah partai lokal di bawah "Aliansi Nasional Pengembangan Inklusif India," atau disingkat INDIA.
Persekutuan itu bersifat krusial, mengingat dominasi BJP di panggung politik. Partai Hindu itu saat ini menguasai sebanyak 17 dari 28 negara bagian dan wilayah persatuan di India.
Menurut sejumlah jajak pendapat, Modi dan partai BJP diperkirakan akan kembali menjadi kekuatan terbesar dalam pemilu 2024. Popularitasnya banyak dibangun lewat kebijakan pro-Hindu yang mewakili sekitar 80 persen populasi.
Di bawah Modi, India juga mencatatkan pertumbuhan ekonomi pesat yang konstan bertengger di kisaran tujuh persen dan melampaui sembilan persen pada 2021.
Modi berjanji, India akan menjadi perekonomian terbesar ketiga di dunia pada 2029. Target tersebut selaras dengan perkiraan analis dan ekonom soal prospek pertumbuhan di India.
Pada pemilu 2019, BJP membukukan kemenangan telak dengan mayoritas berjumlah 303 kursi dan koalisi berjumlah total 353 kursi atau nyaris mencapai mayoritas super sebesar dua pertiga anggota parlemen.
Partai Kongres sebaliknya hanya memenangkan 52 kursi dan membangun koalisi berkekuatan 91 kursi.
Kini, dengan peluang memperpanjang masa jabatan selama lima tahun ke depan, kritik terhadap kebijakan BJP semakin santer dibunyikan.
Baca juga: Pemilih di Banyak Negara Dilaporkan Skeptis terhadap Demokrasi dan Pemilu
Sejak Modi berkuasa, India perlahan mengalami kemunduran dalam demokrasi dan sekularisme, menurut berbagai pakar dan lembaga internasional.
Kedekatan BJP dengan organisasi Hindu ultranasionalis yang terinspirasi dari gagasan fasisme Eropa kian meruncingkan perseteruan dengan minoritas. Akibatnya, diskriminasi dilaporkan merajalela.