Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Perancis Serukan Negara Maju Kirim 5 Persen Dosis Vaksin Covid-19 untuk Negara Berkembang

Kompas.com - 21/02/2021, 09:16 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron menyerukan kepada negara-negara Eropa dan Amerika Serikat (AS) untuk menyisihkan 5 persen pasokan vaksin virus corona kepada negara-negara berkembang.

Melansir BBC, Macron mengatakan kepada Financial Times bahwa kegagalan membagikan dosis vaksin akan menimbulkan kesenjangan global.

Sejauh ini, sebagian besar vaksinasi telah dikampanyekan oleh negara-negara berpenghasilan tinggi.

Baca juga: Biden Berusaha Meyakinkan Warga AS bahwa Vaksin Covid-19 Pfizer Aman

Adapun gagasan Macron untuk mengatasi kesenjangan global disampaikan jelang pertemuan puncak virtual para pemimpin dunia G7 pada Jumat.

Menanggapi hal itu, Gedung Putih mengatakan bahwa Presiden AS Joe Biden akan menggelontorkan 4 miliar dollar AS dalam kerangka berbagi vaksin global yang dikenal dengan Covax.

Baca juga: Rusia Umumkan Daftarkan Vaksin Virus Corona Ketiga, Namanya CoviVac

Di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson, yang memimpin pertemuan G7, akan mendedikasikan kelebihan vaksin di negaranya untuk Covax.

Setidaknya sampai berita ini ditayangkan, kurang lebih ada 110 juta orang yang telah terinfeksi virus corona secara keseluruhan di dunia.

Lebih dari 2,4 juta tewas akibat virus serupa menurut catatan dan laporan Johns Hopkins University.

Pembagian vaksin tidak merata

Pada Rabu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam distribusi global vaksin Covid-19 yang tidak merata dan tidak adil.

Dia mengatakan hanya 10 negara yang telah mengelola 75 persen dari semua vaksinasi di seluruh dunia, sementara 130 negara belum menerima satu dosis pun.

Negara yang lebih kaya telah dituduh menimbun vaksin dengan mengorbankan negara yang lebih miskin (negara berkembang).

Baca juga: PBB: Lebih dari 130 Negara Belum Mendapatkan Vaksin Covid-19

Beberapa negara berpenghasilan tinggi, seperti Inggris dan Kanada, telah memesan dosis yang cukup untuk memvaksinasi rakyat mereka lebih dari satu kali.

Pakar kesehatan mengatakan bahwa, sampai vaksin dibagikan dengan lebih adil, mungkin butuh waktu bertahun-tahun sebelum virus corona mampu dikendalikan di tingkat global.

Tetapi pada pertemuan virtual G7 pekan ini, sebuah kelompok negara dengan tujuh kekuatan ekonomi terkemuka, para pemimpin dunia diharapkan untuk mengakui kesenjangan vaksin di antara negara-negara berpenghasilan tinggi dan rendah.

Baca juga: Soal Vaksin Mandiri, Menkes: Jangan Sampai Membuat Persepsi yang Kaya Bisa Duluan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com