Dan sehari sebelum Biden berencana mengumumkan pembatasan soal senjata, mantan bintang NFL, Phillip Adams, menembak mati lima orang, yakni seorang dokter dan istrinya, dua cucunya dan Adams sendiri.
Rangkaian penembakan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa Amerika yang baru akan keluar dari pandemi Covid-19, sekarang masuk ke dalam krisis lainnya.
Baca juga: Biden Tetapkan Target Baru, Vaksinasi 200 Juta Orang di 100 Hari Pertama
Sebelumnya, mantan presiden Barack Obama sudah memperkenalkan pengecekan latar belakang universal, larangan senjata, dan larangan senjata beramunisi tinggi.
Rancangan Undang-undang sempat sampai pada meja Senat AS, namun gagal memenangkan 60 dukungan yang dibutuhkan untuk bisa disahkan.
Menyebut larangan penggunaan senjata tersebut sebagai penyebab "frustasi terbesar" dalam masa kepemimpinannya, Obama menggunakan perintah eksekutifnya untuk melangkahi Kongres dan menandatangani perintah untuk memperketat aturan ketika membeli senjata, serta memperketat cek latar belakang.
Namun perintah ini tidak membawa perubahan besar sebagai tindakan untuk mengurangi kekerasan senjata.
Donald Trump kemudian membatalkan salah satu perintah ini, yang kemudian melarang warga dengan gangguan kesehatan mental untuk membeli senjata.
Perintah eksekutif Presiden Biden ini sudah mendapat kritikan dari Partai Republik dan juga pendukung hak memiliki senjata.
Asosiasi Rifle Nasional (NRA) organisasi kepemilikan senjata terbesar di sana mengatakan akan menentang perintah eksekutif Biden di pengadilan.
"Jelas sekali Biden ingin membatasi hak pemilik senjata yang taat hukum, di saat bersamaan mengabaikan pelaku kriminal dan langkah substantif yang melindungi keselamatan warga Amerika," ujar juru bicara Amy Hunter.
Baca juga: Joe Biden Berencana Maju Lagi di Pilpres AS 2024
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.