Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin "Patriot" yang Pimpin Hong Kong, China Sahkan Perubahan Aturan Pemilu

Kompas.com - 30/03/2021, 14:36 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

BEIJING, KOMPAS.com - Pemerintah China mengesahkan perubahan aturan pemilihan umum yang bakal semakin menancapkan pengaruh mereka.

Melalui perubahan regulasi, "Negeri Panda" ingin memastikan hanya "patriot" yang bisa memimpin kota itu.

Para pengkritik memperingatkan, pengesahan itu akan mematikan demokrasi dan menjauhkan oposisi untuk ikut mengurus pemerintahan.

Baca juga: Tak Rekomendasikan Vaksin Covid-19 Buatan China, Klinik di Hong Kong Dihukum

Melalui perubahan itu, setiap legislator harus menyatakan kesetiaan mereka kepada China daratan.

Aturan karet itu disahkan Beijing, dalam pertemuan Kongres Rakyat Nasional (NPC) yang diselenggarakan awal Maret ini.

Media pemerintah China melaporkan, Komite Tetap NPC dengan suara bulat meloloskan perubahan aturan pemilu tersebut.

Dilansir BBC Selasa (30/3/2021), aturan itu secara resmi menganeksasi mini-konstitusi Hong Kong, Hukum Dasar (Basic Law).

Penjabaran rencananya, yang akan berdampak pada Dewan Legislatif (LegCo), akan diumumkan secepatnya.

Kepala Eksekutif Carrie Lam rencananya akan menggelar konferensi pers membahas perubahan tersebut.

Baca juga: China Buat Aturan Baru di Pemilu Hong Kong, Begini Gambarannya...

Mengamendemen aturan hukum dasar?

Upaya Beijing itu jelas memunculkan kontroversi, karena berpotensi mengubah Basic Law yang menjamin kebebasan.

Padahal, aturan itu sudah disepakati oleh "Negeri Panda" ketika Inggris mengembalikan kota itu di 1997.

Politisi yang pro-Beijing menyatakan, aturan itu tidak akan mengubah konstitusi yang sudah ditetapkan.

Pernyatan itu juga dibenarkan Ian Chong, profesor politik di National University of Singapore. "Teknisnya, tidak akan mengubah Basic Law," kata dia.

Namun, Chong menyebut dampak sebenarnya adalah ketika perubahan itu menggerus pemilu yang kompetitif dan bergerak menuju hak pilih universal.

Pada November 2020, sejumlah politisi oposisi dilarang ikut pemilihan, yang berimbas pada mundurnya seluruh kontra pemerintah.

Baca juga: China Ubah Sistem Pemilu Hong Kong, Demokrasi Semakin Digerogoti

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com