Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Revolusi Demonstrasi “Ala Pemuda” Masa Kini dari Thailand, Hong Kong ke Myanmar

Kompas.com - 11/02/2021, 06:54 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

YANGON, KOMPAS.com - Ada beberapa kesamaan dalam gelombang demonstrasi di Asia beberapa tahun terakhir. Para demonstran terlihat mengacungkan tiga jari ke udara saat menyampaikan protes atas rezim yang berkuasa.

Mulai dari protes di Thailand, Hongkong, dan kini di Myanmar. Gerakan salut “tiga jari” terinspirasi film populer "Hunger Games", digunakan untuk menyuarakan penentangan atas aturan otoriter di negara-negara tersebut.

Reuters melaporkan pada Rabu (10/2/2021) puluhan ribu pengunjuk rasa berkumpul di sekitar Pagoda Sule di pusat kota Yangon mengacungkan salam “tiga jari” selama protes digelar.

Myat seorang demonstran Myanmar, juga mendorong gerakan ini. Pejalan kaki dan penjaga toko membalas hormat saat Myat dan rekan-rekan pengunjuk rasa menyanyikan lagu-lagu protes, sementara polisi menyaksikan.

Gerakan itu terjadi sejak Senin (8/2/2021), hari ketiga protes yang digelar masyarakat Burma yang menentang kudeta militer terhadap pemerintah sipil, yang memenangkan pemilihan umum pada November.

Salut tiga jari pertama kali diadopsi oleh para aktivis di negara tetangga Thailand yang menentang pemerintah di sana yang dipimpin oleh seorang mantan panglima militer.

Pemerintahan otoritarian berkuasa pada 2014 di Thailand, juga dilakukan dengan menggulingkan pemerintah terpilih.

Baca juga: Dari Pria Bertelanjang Dada sampai Wanita Bergaun Pengantin Berdemo di Myanmar

Sebelum bergabung dengan demonstrasi, Myat yang berusia 28 tahun mengatakan dia membaca manual taktik protes Hong Kong. Informasi itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Burma dan dibagikan ribuan kali di media sosial.

Beberapa penentang kudeta Myanmar pada 1 Februari, terhubung secara online dengan pengguna hashtag #MilkTeaAlliance, yang mempertemukan para juru kampanye di Thailand dan Hong Kong.

"Kami melihat bagaimana kaum muda berpartisipasi dalam gerakan politik di negara-negara terdekat," kata Myat. "Itu menginspirasi kami untuk terlibat."

Para pengunjuk rasa mengatakan kepada Reuters bahwa media sosial membantu mereka meminjam simbol dan ide dari tempat lain. Contohnya dengan menggunakan flashmobs bergaya Hong Kong, tagar yang berubah dengan cepat, dan karya seni meme yang berwarna-warni.

Mengantisipasi tindakan yang lebih kuat oleh polisi, pengunjuk rasa kembali ke jalan untuk melakukan protes massal hingga Rabu (10/2/2021). Banyak yang mengenakan helm konstruksi kuning dan membawa payung, seperti yang dilakukan pengunjuk rasa di Hong Kong dan Thailand.

Protes terbesar dalam lebih dari satu dekade telah melanda Myanmar. Masyarakat mengecam kudeta militer dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi.

Dia adalah pemimpin terpilih berusia 75 tahun yang pertama kali terkenal pada 1988 melakukan gerakan menggulingkan junta militer saat itu, generasi yang sangat berbeda dari protes saat ini.

Para wanita muda terlihat dengan gaun pesta melakukan apa yang mereka sebut protes putri di kota utama Myanmar, Yangon.
Frontier Myanmar via Twitter Para wanita muda terlihat dengan gaun pesta melakukan apa yang mereka sebut protes putri di kota utama Myanmar, Yangon.

Baca juga: Gaya Kreatif Demonstran Menentang Kudeta Militer Myanmar: Mantan Saya Buruk, tapi Militer Lebih Buruk

Pengaruh generasi Z

Untuk pertama kalinya di Myanmar, protes massal diikuti oleh Generasi Z yang tumbuh dengan kebebasan, kemakmuran, dan akses teknologi yang lebih besar. Meski negara ini tergolong menjadi salah satu negara termiskin dan paling ketat di Asia Tenggara.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com