Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Kompas.com - 25/04/2024, 20:30 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber CNA

MANILA, KOMPAS.com - Suhu panas yang tinggi di Filipina pada bulan ini telah memaksa sekolah-sekolah mengembalikan anak-anak pulang ke rumah untuk mengikuti kelas online.

Hal ini menghidupkan kembali kenangan akan lockdown akibat Covid-19 sekaligus meningkatkan kekhawatiran bahwa cuaca yang lebih ekstrem di tahun-tahun mendatang dapat memperdalam kesenjangan pendidikan.

Murid-murid di 7.000 sekolah negeri di negara Asia Tenggara dipulangkan minggu lalu karena cuaca panas yang luar biasa di banyak daerah yang menurut para peramal cuaca dikaitkan dengan dampak fenomena cuaca El Nino.

Baca juga: Rumput di Bandara Filipina Terbakar, 19 Mobil Ikut Dilahap Api

Erlinda Alfonso, guru yang bekerja di sebuah sekolah dasar negeri di Kota Quezon dekat ibu kota, mengatakan dia tidak tahu apa yang lebih buruk bagi murid-muridnya, kepanasan di ruang kelas yang penuh sesak atau mencoba belajar di rumah.

“Beberapa siswa mengatakan kepada saya bahwa mereka lebih suka pergi ke sekolah karena panasnya lebih buruk di rumah,” katanya, seraya menambahkan bahwa banyak siswanya tinggal di daerah kumuh terdekat dan tidak memiliki koneksi internet untuk mengikuti kelas online.

Dilansir dari CNA, meskipun para guru memberikan tugas offline kepada siswa yang tidak memiliki akses internet, Alfonso mengatakan pengaturan tersebut membuat anak-anak tidak memiliki siapa pun untuk mengajukan pertanyaan.

“Jika ada sesuatu yang tidak mereka pahami, orang tua atau saudara mereka sering kali tidak ada di rumah karena mereka perlu mencari nafkah,” kata pria berusia 47 tahun yang juga mengepalai asosiasi guru sekolah negeri di kota tersebut.

Filipina merupakan salah satu negara dengan penutupan sekolah terlama di dunia selama pandemi Covid-19, yang menyoroti kesenjangan pendidikan yang dihadapi oleh anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang tidak memiliki komputer atau akses internet yang memadai.

Namun, karena sebagian besar sekolah negeri di negara berpenduduk 115 juta jiwa ini tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk menghadapi kenaikan suhu dan cuaca ekstrem lainnya, kelas online telah menjadi pilihan paling aman selama gelombang panas saat ini, kata para guru dan serikat pekerja.

Di sekolah negeri di Metro Manila, wilayah ibu kota Manila, survei terhadap lebih dari 8.000 guru bulan lalu menunjukkan 87 persen siswa menderita kondisi yang berhubungan dengan panas.

Baca juga: Filipina Cabut Peringatan Tsunami dari Gempa M 7,4 Taiwan

Lebih dari tiga perempat guru menggambarkan suhu panas sebagai sesuatu yang tak tertahankan dalam survei yang dilakukan oleh Aliansi Guru Peduli Filipina, Kawasan Ibu Kota Nasional (ACT-NCR), sebuah asosiasi pengajar.

Hampir setengah atau 46 persen guru mengatakan ruang kelas hanya memiliki satu atau dua kipas angin listrik, hal ini menunjukkan bahwa ventilasi tidak memadai untuk menghadapi kenaikan suhu.

Baca juga: Filipina Peringatkan Akan Adanya Gelombang Tsunami Tinggi Usai Gempa Taiwan

“Panasnya berdampak luar biasa pada anak-anak. Beberapa siswa bahkan pingsan di dalam ruang kelas. Para guru juga terkena dampaknya, namun seringkali mereka memprioritaskan kesehatan siswanya di dalam kelas,” Ruby Bernardo, juru bicara ACT-NCR.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com