Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Alasan China Mengeklaim Hampir Seluruh Laut China Selatan

Kompas.com - 11/03/2021, 11:45 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com – Menurut seorang ahli, ada tiga alasan mengapa China sangat “ngotot” mengeklaim hampir seluruh perairan Laut China Selatan.

Perairan tersebut merupakan perairan yang bersinggungan dengan wilayah Brunei Darussalam, Kamboja, China, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand, Vietnam, bahkan Singapura.

China sendiri mengeklaim sekitar 90 persen dari perairan tersebut yang meliputi area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi.

Seorang ilmuwan dari Sasakawa Peace Foundation yang berbasis di Tokyo, Jepang, Bonji Ohara, mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa Laut China Selatan adalah kunci keamanan China.

Baca juga: China-Singapura Gelar Latihan di Laut China Selatan yang Disengketakan

Melansir Anadolu Agency, Ohara mengatakan ada tiga alasan mengapa China getol mengeklaim hampir seluruh perairan Laut China Selatan.

Pertama, Laut China Selatan penting untuk patroli strategis kapal selam rudal balistik nuklir. Akses tersebut diperlukan untuk dapat memasuki Samudra Pasifik guna pencegahan terhadap invasi nuklir AS.

Kedua, Laut China Selatan akan berfungsi sebagai zona penyangga bagi China jika AS melakukan serangan militer terhadap China daratan.

Ketiga, sektor transportasi laut China membutuhkan jalur laut. Sedangkan Laut Cina Selatan menyumbang setidaknya sepertiga dari perdagangan maritim global.

Baca juga: AS Peringatkan China agar Tak Pamer Kekuatan di Laut China Selatan

Ohara mengatakan, AS dan China secara teratur saling menuduh terlibat dalam tindakan "destabilisasi" di Laut China Selatan, terutama di Selat Taiwan.

“Negeri Panda” biasanya menyebut “destabilisasi” di Laut China Selatan sebagai ancaman terhadap kedaulatannya.

Sementara itu, cadangan minyak dan gas alam yang sangat besar dilaporkan berada di bawah dasar Laut China Selatan.

Perairan itu juga merupakan tempat penangkapan ikan yang penting untuk ketahanan pangan.

Baca juga: Kapal Perang AS Beri Sinyalir Tantang China dengan Berlayar di Kepulauan Laut China Selatan

"China paham akan masalah Laut China Selatan dan dapat mengontrol persaingan bilateral dengan AS,” kata Ohara.

Dia menambahkan, di sisi lain China khawatir bahwa AS dan sekutunya mungkin menahan Beijing dari Samudra Pasifik, Laut China Selatan, dan Samudra Hindia.

Untuk melawan pengaruh China yang meluas di kawasan Asia-Pasifik, AS telah menyatukan Australia, Jepang, dan India di bawah pembicaraan Quadrilateral Security Dialogue atau Dialog Keamanan Segi Empat.

Baca juga: Beijing Peringatkan Kapal Perang AS yang Berlayar di Laut China Selatan

Quadrilateral Security Dialogue merupakan sebuah forum strategis informal untuk pertukaran informasi dan latihan militer antar-anggota.

Pada 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag, Belanda, membantah klaim China atas hak-haknya di Laut China Selatan.

Pengadilan itu mengatakan, klaim China atas haknya di Laut China Selatan dalam nine-dash line, yang digunakan Beijing melandasi klaimnya, tanpa dasar hukum.

Baca juga: Indonesia Disebut Bisa Jadi Penengah Ketegangan AS-China di Laut China Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com