Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hendak Menulis Berita Pemerkosaan, Wartawan Ini Ditangkap dan Dipenjara

Kompas.com - 09/03/2021, 14:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

Menurut Abhilash, yang telah mengikuti kasus ini dengan cermat, kasus ini termasuk "kriminalisasi politik" dan "kasus penganiayaan politik".

"Hak-hak fundamental Mr Kappan sedang diinjak-injak", protesnya.

Para kritikus menuduh pemerintah saat ini di Uttar Pradesh, yang dipimpin oleh biksu Hindu kontroversial berjubah, Yogi Adityanath, menargetkan muslim secara tidak adil.

Yogi Adityanath telah digambarkan sebagai politisi paling memecah belah dan kejam di India. Dia dituduh menggunakan demonstrasi pemilihannya untuk mengobarkan histeria anti-Islam di negara Asia Selatan itu.

Pemerintah dan kepolisiannya mengacuhkan kecaman global atas cara mereka menyelesaikan kasus pemerkosaan dan kematian perempuan muda di Hathras. Terutama setelah pihak berwenang mengkremasi tubuh gadis itu di tengah malam, dan menjauhkan keluarga dan media dari tumpukan kayu pemakamannya.

Baca juga: China dan India Berebut Pengaruh Politik Lewat Diplomasi Vaksin Covid-19

Pemerkosaan Hathras

Beberapa hari setelah kematian wanita muda Dalit, protes diadakan di seluruh India. Di Uttar Pradesh, petugas dikritik keras karena memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat dalam upaya menghentikan mereka mengunjungi keluarga korban.

Para pemimpin oposisi yang bergabung dengan protes juga didorong.

Pada 4 Oktober, sehari sebelum Kappan dan reporter BBC pergi secara terpisah ke Hathras, Adityanath mengklaim bahwa ada "konspirasi internasional" untuk menodai citra India.

Dia mengklaim "insiden itu dieksploitasi oleh mereka yang marah pada kemajuan pemerintahannya."

Kondisi ini membuat khawatir para aktivis kebebasan pers, yang mengatakan mereka khawatir India semakin tidak aman bagi jurnalis.

Tahun lalu, negara itu menduduki peringkat 142 pada Indeks Kebebasan Pers Dunia dari 180 negara. Peringkatnya dalam laporan yang disusun setiap tahun oleh Reporters Without Borders tersebut, turun dua peringkat dari tahun sebelumnya.

Pada Februari, polisi mengajukan tuntutan pidana terhadap delapan jurnalis yang meliput protes petani di Delhi.

Jurnalis wanita dan orang-orang dari komunitas Muslim secara khusus dipilih karena diejek di media sosial.

Polisi tidak dapat memberikan satu pun bukti yang memberatkan Kappan, kata Abhilash, pengacara Mahkamah Agung.

Namun menurutnya, aparat dan pemerintah India sudah berhasil dalam satu hal, yaitu mengirim peringatan kepada wartawan untuk tidak pergi ke Hathras.

Penangkapan Kappan "berbeda dengan penangkapan orang biasa", kata pengacaranya, Matthews.

“Membungkam media adalah akhir dari demokrasi,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com