Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meghan Tuding Kerajaan Inggris Umbar Kebohongan Soal Keluarganya dengan Pangeran Harry

Kompas.com - 07/03/2021, 23:53 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

Kerajaan Inggris mencabut semua gelar kehormatan Harry. Sebuah penyelidikan atas tuduhan penindasan yang dilakukan Meghan kepada staf kerajaan juga tengah dijalankan.

Baca juga: Bahas Kematian Putri Diana, Pangeran Harry Tak Ingin Sejarah Kembali Berulang

Nyaris depresi

Pangeran Henry Charles Albert David dari Wales lahir pada 15 September 1984. Dia adalah "cadangan" dari saudaranya William, yang suatu hari akan mewarisi takhta Kerajaan Inggris.

Keduanya menempuh pendidikan di sekolah elite Eton. Masa kecil mereka didominasi oleh pernikahan orang tua mereka yang berantakan. Kemudian kematian tragis Diana pada 1997.

Foto-foto yang diabadikan saat itu memperlihatkan bagaimana pangeran muda Inggris ini harus berjalan di belakang peti mati ibunya. Harry baru berusia 12 tahun, sementara saudara laki-lakinya berusia 15 tahun.

"Kehilangan ibu saya pada usia 12 tahun. Membuat saya menutup semua emosi selama 20 tahun terakhir. Itu memiliki efek yang cukup serius tidak hanya pada kehidupan pribadi saya tetapi juga pekerjaan saya," kata Harry.

Harry sempat menyebabkan kemarahan masyarakat Inggris pada 2005. Saat itu, foto-fotonya berpakaian kostum pasukan Nazi Afrika menjadi halaman depan pemberitaan.

Gambar tersebut diambil ketika dia masuk militer. Harry mengaku masa itu merupakan pelarian terbaik yang pernah dimilikinya, untuk menghindari perhatian publik yang konstan.

Setelah tur ke Afghanistan, dia meninggalkan angkatan bersenjata pada 2015. Dia mulai fokus pada tugas kerajaan, membangun kembali reputasinya melalui kerja amal dengan para veteran yang terluka dan advokasi untuk kesehatan mental, sebuah masalah yang dekat dengan hatinya.

Harry mengatakan Diana selalu ada dalam pikirannya. Dia pun telah memperjuangkan banyak kegiatan amal sang ibu, termasuk kampanye tes HIV untuk meningkatkan kesadaran.

Tetapi dia mengungkapkan perlu waktu lama baginya berjuang mengatasi kematian sang ibu dalam kecelakaan mobil di Paris. Bantuan profesional juga dia terima beberapa tahun yang lalu.

Dalam wawancara yang sangat jujur, pangeran pernah mengakui bahwa dia "nyaris depresi untuk banyak kesempatan."

Baca juga: Pengakuan Pangeran Harry: Mundur dari Tugas Kerajaan karena Media Inggris “Toxic”

Perang media

Babak bahagia dalam hidupnya dimulai pada Juli 2016, ketika dia bertemu Meghan Markle. Aktris televisi AS ras campuran ini, bertemu dengan sang pangeran dalam kencan buta yang dibuat oleh seorang teman.

Keduanya dengan cepat jatuh cinta. Mereka terikat karena minat yang sama dalam berbuat amal. Termasuk dalam Invictus Games, kejuaraan olahraga untuk personel militer yang terluka.

Harry dan Meghan menikah di Kapel Saint George di Kastil Windsor pada 19 Mei 2018. Pasangan ini meningkatkan harapan akan babak yang lebih modern dan beragam dalam kisah kerajaan Inggris.

Tapi mereka semakin menerima berita utama negatif. Terlebih yang menuntut perilaku lebih dari Meghan dan keretakan dengan William yang kemudian tidak dia sangkal.

Meghan baru-baru ini memenangkan kemenangan besar atas media. Dia berhasil menggugat surat kabar The Mail on Sunday karena melanggar privasi atas penerbitan surat yang dia tulis untuk sang ayah.

Itu adalah bab terakhir dalam perang Harry dengan pers tabloid, yang dia tuduh menjual kebohongan dan bahkan rasial terhadap istrinya.

Ditanya apakah Meghan menghadapi tekanan media yang sama dengan Diana, Harry menjawab: "Saya punya keluarga untuk dilindungi.”

"Aku tidak akan diintimidasi untuk memainkan permainan yang membunuh ibuku."

Baca juga: Pangeran William Jengkel dengan Tingkah Laku Pangeran Harry, Ada Apa?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com