Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suriah Kutuk Keras Serangan AS sebagai Tindakan Pengecut

Kompas.com - 27/02/2021, 07:52 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber REUTERS

BEIRUT, KOMPAS.com - Suriah kecam serangan udara AS ke milisi yang didukung Iran di timur negerinya pada Jumat (26/2/2021), yang mengibaratkan itu adalah tindakan pengecut.

Melansir Reuters pada Sabtu (27/2/2021), Suriah mendesak Presiden Joe Biden untuk tidak mengikuti "hukum rimba".

Pejabat milisi Irak yang dekat dengan Iran mengatakan bahwa serangan itu membunuh 1 ornag milisi dan melukai 4 orang lainnya.

Baca juga: AS Gunakan Bom Presisi 500 Pon dalam Serangan Pertamanya di Suriah

Pejabat AS mengatakan bahwa mereka mengambil langkah dengan jangkauan serangan minimum, yang bertujuan menunjukkan pemerintahan Biden akan bertindak tegas, sambil berusaha menghindari eskalasi kawasan yang besar.

Washington dan Teheran sedang mencari pengaruh maksimal dalam upaya untuk melindungi kesepakatan nuklir Iran bersama kekuatan dunia pada 2015, tapi ditinggalkan Donald Trump pada 2018 setelah itu ketegangan regional melonjak dan ketakutan akan konflik skala penuh tumbuh.

Baca juga: Biden Perintahkan Serangan Udara ke Suriah, 17 Orang Tewas

"Suriah mengutuk keras serangan pengecut AS di wilayah Deir al-Zor dekat perbatasan Suriah-Irak," kata Kementerian Luar Negeri Suriah.

"Dia (pemerintahan Biden) seharusnya berpegang pada legitimasi internasional, tidak hukum rimba seperti pemerintah sebelumnya," lanjutnya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh juga mengutuk serangan AS dengan menyebutnya "agresi ilegal" dan pelanggaran HAM serta hukum internasional.

Baca juga: Aksi Militer Pertama Biden: Serangan Udara ke Suriah

Sementara, ketika ditanya oleh wartawan di Texas tentang pesan apa yang ingin dikirimkan Biden dari serangan itu, ia berkata, "Anda tidak dapat bertindak dengan impunitas. Berhati-hatilah."

Serangan udara, Jumat pagi waktu setempat (26/2/2021), menargetkan situs-situs milisi di sisi Suriah di perbatasan Irak-Suriah.

Menurut laporan, di sana kelompok-kelompok yang didukung oleh Iran mengendalikan penyeberangan penting untuk senjata, personel, dan barang.

Baca juga: AS Siap Bertemu Iran untuk Bahas Ulang Perjanjian Nuklir 2015

Sebelumnya, para pejabat Barat dan beberapa pejabat Irak menuduh kelompok-kelompok yang didukung Iran terlibat dalam serangan roket mematikan di situs dan personel AS di Irak selama sebulan terakhir.

Rusia, sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad, juga mengkritik serangan AS dan menyerukan "penghormatan tanpa syarat terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Suriah."

Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan serangan udara di Suriah dimaksudkan untuk mengirim pesan bahwa Biden akan bertindak untuk melindungi orang Amerika.

Baca juga: Kesepakatan Nuklir, Menlu AS: Jalan Diplomasi Terbuka untuk Iran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com