Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu dari Pihak Militer Myanmar Terbang ke Thailand untuk Bicarakan Krisis

Kompas.com - 24/02/2021, 14:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

The Future Nation Alliance, sebuah kelompok aktivis yang berbasis di Myanmar, sebelumnya mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kunjungan Retno akan "sama saja dengan mengakui junta militer.”

Kelompok itu menuntut pejabat asing bertemu Htin Lin Aung, seorang anggota komite yang mewakili anggota parlemen yang digulingkan. Dia telah ditunjuk sebagai "pejabat yang bertanggung jawab atas hubungan luar negeri".

Desakan internasional

Upaya Indonesia untuk menyelesaikan krisis muncul seiring dengan meningkatnya kepedulian internasional atas kondisi masyarakat Burma.

Negara-negara kaya dari G7 pada Selasa (23/2/2021) mengutuk intimidasi dan penindasan terhadap mereka yang menentang kudeta.

"Siapapun yang menanggapi protes damai dengan kekerasan harus dimintai pertanggungjawaban," ujar menteri luar negeri kelompok itu dalam sebuah pernyataan.

Negara-negara Barat berusaha meningkatkan tekanan pada junta minggu ini. Peringatan disampaikan Uni Eropa yang sedang mempertimbangkan sanksi untuk menargetkan bisnis yang dimiliki oleh tentara.

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada dua anggota junta lagi, dan memperingatkan akan dapat mengambil tindakan lebih lanjut.

Baca juga: KBRI Yangon Didemo, Indonesia Bantah Dukung Pemilu Baru di Myanmar

Sementara menurut laporan media, China secara tradisional mengambil sikap yang lebih lunak. Pemerintah Beijing mengatakan tindakan internasional harus berkontribusi pada stabilitas, mempromosikan rekonsiliasi dan menghindari memperumit situasi.

Panglima militer Jenderal Myanmar Min Aung Hlaing telah menyerukan agar belanja negara dan impor dipotong. Sementara ekspor ditingkatkan untuk menghidupkan kembali apa yang disebutnya sebagai “ekonomi yang sedang sakit”.

Dia tidak mengaitkan protes dengan masalah ekonomi, tetapi menyatakan pihak berwenang mengikuti jalur demokrasi dalam menangani demonstran. Junta militer mengklaim polisi menggunakan kekuatan minimal, seperti peluru karet, menurut lapor media pemerintah.

Pasukan keamanan tampaknya lebih “mengendalikan diri.” Terlebih jika dibandingkan dengan tindakan keras sebelumnya, yang dilakukan terhadap orang-orang pendukung demokrasi, selama hampir setengah abad pemerintahan langsung di bawah militer.

Meski begitu, tiga pengunjuk rasa telah ditembak dan dibunuh. Militer mengatakan seorang polisi tewas karena luka-luka yang dideritanya selama mengamankan protes.

Baca juga: AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk 2 Pemimpin Junta Militer Myanmar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com