Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mampukah NATO Menandingi Superioritas Udara Rusia di Wilayah Baltik?

Kompas.com - 18/02/2021, 18:02 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

TALLINN, KOMPAS.com – Pertahanan udara negara-negara Baltik terlalu lemah untuk menghadapi serangan udara Rusia atau untuk melindungi bala bantuan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang datang.

Hal itu berdasarkan publikasi lembaga think tank pertahanan yang berbasis di Estonia, International Center for Defense and Security (ICDS).

Luas negara Estonia, Latvia, dan Lituania kecil, begitu pula angkatan bersenjata mereka sebagaimana dilansir dari The National Interest, Rabu (17/2/2021).

Beberapa pasukan NATO dan pesawat yang ditempatkan di sana tidak mencukupi. Jadi jika Rusia menyerang, negara-negara di Baltik sangat membutuhkan bala bantuan NATO.

“Pergerakan darat, udara, dan laut rentan terhadap kekuatan udara substansial yang telah dibangun Rusia di Distrik Militer Barat dan kemampuan jarak jauhnya,” lapor ICDS.

Baca juga: Kekerasan Meningkat di Irak, NATO Sepakat Perluas Latihan Militer

ICDS menambahkan, celah kelemahan dari negara-negara di kawasan Baltik adalah sistem pertahanan udaranya.

“Tiga negara berupaya mengatasi hal ini. Namun, berbagai sistem yang diperlukan untuk pertahanan udara berlapis yang komprehensif sangatlah mahal,” sambung ICDS.

Oleh karena itu, lanjut ICDS, celah kelemahan itu harus menjadi perhatian negara-negara Baltik.

“Sisi timur laut yang rentan juga harus menjadi perhatian NATO secara keseluruhan,” tambah laporan ICDS.

Sementara itu, Rusia memiliki sekitar 27 skuadron jet tempur di Distrik Militer Barat yang berbatasan dengan Negara Baltik.

Baca juga: Ikuti Gaya NATO, Iran Bakal Buat Pakta Pertahanan Bersama Sekutunya

Jumlah jet tempur tersebut belum termasuk pesawat tambahan yang berbasis di wilayah yang berdekatan.

Sehingga, dapat meningkatkan kekuatan udara Rusia di wilayah Baltik menjadi beberapa ratus pesawat.

Negara-negara Baltik memiliki sejumlah rudal permukaan-ke-udara buata Eropa dan Amerika Serikat (AS), radar pertahanan udara, serta rudal anti-pesawat jarak pendek RBS-70 buatan Swedia dan Stinger bikinan AS.

Lithuania membeli rudal jarak menengah NASAMS buatan Norwegia sementara Estonia masih memiliki senjata anti-pesawat ZU-23-2 era Uni Soviet.

Negara-negara Baltik termasuk dalam jaringan komando pertahanan udara NATINAMDS di seluruh NATO dan mereka telah mendirikan Jaringan Pengawasan Udara Baltik mereka sendiri.

Baca juga: Buntut Peretasan Lembaga Pemerintah AS, NATO Langsung Cek Sistem Komputernya

Karena kekuatan angkatan udara negara-negara Baltik tidak terlalu kuat, NATO menyediakan empat hingga delapan jet tempur di lapangan udara di sana.

Meski demikian, jumlah jet tempur tersebut merupakan “perisai” yang cukup tipis untuk melawan kekuatan udara Rusia.

“Kemampuan pertahanan udara dari tiga negara Baltik sangat kurang,” studi ICDS tersebut menyimpulkan.

Para peneliti dalam studi tersebut juga menyoroti kurangnya rudal anti-pesawat jarak menengah dan jarak jauh.

Selain itu, kurangnya persediaan rudal, kurangnya integrasi rudal dengan sistem komando pertempuran, celah dalam cakupan radar tingkat rendah, dan masalah interoperabilitas antara sistem BALTNET dan NATO juga disorot.

Baca juga: NATO Minta Turki Pakai Pengaruhnya Redakan Perang Azerbaijan-Armenia

Studi tersebut juga mencatat kurangnya konektivitas antara negara-negara Baltik dengan pusat operasi udara Swedia dan Finlandia.

Studi itu merekomendasikan agar negara-negara Baltik memiliki sistem rudal anti-pesawat jarak menengah dan pasokan rudal yang memadai, serta jaringan komando dan komunikasi yang lebih baik.

Rekomendasi lain turut melibatkan NATO. Studi tersebut merekomendasikan supaya NATO meningkatkan jaringan komandonya hingga misi Kepolisian Udara Baltik menjadi misi pertahanan udara yang sebenarnya.

Komandan militer NATO juga harus diberi wewenang untuk mengaktifkan markas udara gabungan pada saat krisis, tanpa menunggu persetujuan politik.

Baca juga: NATO Minta Rusia Ungkap Program Agen Saraf Novichok yang Diduga jadi Senjata Kimia Racuni Navalny

Fakta yang menonjol adalah bahwa Rusia besar dan negara-negara Baltik adalah negara-negara yang kecil.

Negara-negara ini memang terlalu lemah untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia tanpa intervensi Barat.

Di sisi lain, pertahanan udara yang lebih kuat di sana akan membuat serangan Rusia menjadi lebih mahal, sehingga menimbulkan efek pencegahan.

Baca juga: Penarikan 9.500 Pasukan AS Mengkhawatirkan Aliansi NATO

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com