Kritikus Kremlin terkemuka ini muncul satu dekade lalu dengan gerakan Anti-Corruption Foundation-nya. Dia menerbitkan investigasi anti-korupsi yang mengungkapkan gaya hidup mewah elite Rusia.
Navalny telah berulang kali memimpin protes jalanan skala besar terhadap Putin, yang terbaru pada musim panas 2019.
Dia juga bersiap untuk tantangan lain kepada pihak berwenang selama pemilihan majelis rendah State Duma Rusia pada September.
Namun, dia dievakuasi ke Jerman setelah jatuh sakit parah dalam penerbangan menuju Siberia pada Agustus. Insiden ini akhirnya disimpulkan oleh para ahli Barat sebagai keracunan Novichok, racun yang dirancang Soviet.
Navalny menuduh Putin memerintahkan serangan itu, klaim yang dibantah keras oleh Kremlin. Polisi Rusia belum membuka penyelidikan, dengan alasan kurangnya bukti.
Navalny juga menghadapi potensi tuntutan pidana baru di bawah penyelidikan yang diluncurkan akhir tahun lalu oleh penyelidik Rusia. Dia disebut menyalahgunakan lebih dari 4 juta dollar (Rp 56 miliar) sumbangan.
Penangkapannya pada Minggu (17/1/2021), menuai kecaman luas dari Barat. Amerika Serikat, Uni Eropa, Perancis dan Kanada semuanya menyerukan pembebasannya.
Yang lain bergabung dengan seruan itu pada Senin (18/1/2021).
Kepala Komite Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pemerintah Rusia harus "segera membebaskannya dan memastikan keselamatannya". Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia mengutuk "penangkapan sewenang-wenang" tersebut.
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pihaknya "sangat terganggu" dengan penangkapan tersebut. Sementara Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan itu "mengerikan".
"Dia harus segera dibebaskan," tulis Raab dalam unggahan di Twitter.
It is appalling that Alexey Navalny, the victim of a despicable crime, has been detained by Russian authorities. He must be immediately released.
— Dominic Raab (@DominicRaab) January 18, 2021
Rather than persecuting Mr Navalny Russia should explain how a chemical weapon came to be used on Russian soil.
Menurutnya, daripada menganiaya Mr Navalny, Rusia harus menjelaskan bagaimana senjata kimia bisa digunakan di tanah Rusia.
Navalny diracuni dengan bahan kimia yang sama, menurut Inggris telah digunakan dalam percobaan pembunuhan mantan mata-mata, Sergei Skripal di kota Salisbury Inggris pada 2018.
Rusia membalas kecaman tersebut, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Senin mengatakan itu adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik di negara-negara Barat.
"Sepertinya politisi Barat melihat ini sebagai kesempatan untuk mengalihkan perhatian dari krisis terdalam yang dialami model pembangunan liberal," katanya.
Rusia sering menuduh Barat melakukan kritik yang tidak adil terhadap kebijakan dalam negerinya. Kremlin menunjuk pada perpecahan di negara-negara Barat seperti yang menyebabkan penyerbuan Gedung Capitol AS atau protes Rompi Kuning di Perancis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.