Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Navalny Desak Masyarakat Rusia Bergerak "Turun ke Jalan" Melawan Putin

Kompas.com - 19/01/2021, 08:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

Kritikus Kremlin terkemuka ini muncul satu dekade lalu dengan gerakan Anti-Corruption Foundation-nya. Dia menerbitkan investigasi anti-korupsi yang mengungkapkan gaya hidup mewah elite Rusia.

Navalny telah berulang kali memimpin protes jalanan skala besar terhadap Putin, yang terbaru pada musim panas 2019.

Dia juga bersiap untuk tantangan lain kepada pihak berwenang selama pemilihan majelis rendah State Duma Rusia pada September.

Namun, dia dievakuasi ke Jerman setelah jatuh sakit parah dalam penerbangan menuju Siberia pada Agustus. Insiden ini akhirnya disimpulkan oleh para ahli Barat sebagai keracunan Novichok, racun yang dirancang Soviet.

Navalny menuduh Putin memerintahkan serangan itu, klaim yang dibantah keras oleh Kremlin. Polisi Rusia belum membuka penyelidikan, dengan alasan kurangnya bukti.

Kecaman Barat

Navalny juga menghadapi potensi tuntutan pidana baru di bawah penyelidikan yang diluncurkan akhir tahun lalu oleh penyelidik Rusia. Dia disebut menyalahgunakan lebih dari 4 juta dollar (Rp 56 miliar) sumbangan.

Penangkapannya pada Minggu (17/1/2021), menuai kecaman luas dari Barat. Amerika Serikat, Uni Eropa, Perancis dan Kanada semuanya menyerukan pembebasannya.

Yang lain bergabung dengan seruan itu pada Senin (18/1/2021).

Kepala Komite Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pemerintah Rusia harus "segera membebaskannya dan memastikan keselamatannya". Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia mengutuk "penangkapan sewenang-wenang" tersebut.

Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pihaknya "sangat terganggu" dengan penangkapan tersebut. Sementara Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan itu "mengerikan".

"Dia harus segera dibebaskan," tulis Raab dalam unggahan di Twitter.

Menurutnya, daripada menganiaya Mr Navalny, Rusia harus menjelaskan bagaimana senjata kimia bisa digunakan di tanah Rusia.

Navalny diracuni dengan bahan kimia yang sama, menurut Inggris telah digunakan dalam percobaan pembunuhan mantan mata-mata, Sergei Skripal di kota Salisbury Inggris pada 2018.

Rusia membalas kecaman tersebut, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Senin mengatakan itu adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik di negara-negara Barat.

"Sepertinya politisi Barat melihat ini sebagai kesempatan untuk mengalihkan perhatian dari krisis terdalam yang dialami model pembangunan liberal," katanya.

Rusia sering menuduh Barat melakukan kritik yang tidak adil terhadap kebijakan dalam negerinya. Kremlin menunjuk pada perpecahan di negara-negara Barat seperti yang menyebabkan penyerbuan Gedung Capitol AS atau protes Rompi Kuning di Perancis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Ukraina Evakuasi Ratusan Orang dari Kharkiv Usai Serangan Rusia

Global
Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Sekitar 300.000 Warga Palestina Dilaporkan Mengungsi dari Rafah Timur

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com