Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Navalny Desak Masyarakat Rusia Bergerak "Turun ke Jalan" Melawan Putin

Kompas.com - 19/01/2021, 08:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

MOSKWA, KOMPAS.com - Pemimpin oposisi terkemuka Rusia Alexei Navalny meminta pendukungnya turun ke jalan, setelah pengadilan yang terorganisir dengan tergesa-gesa memerintahkannya untuk dipenjara selama 30 hari.

Melansir AFP pada Senin (18/1/2021), pengadilan darurat digelar di kantor polisi di pinggiran Moskwa tempat Navalny ditahan. Hasilnya menyetujui permintaan jaksa penuntut agar Navalny ditahan hingga 15 Februari.

Navalny adalah kritikus dalam negeri paling vokal bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dia dibawa ke tempat tersebut setelah penangkapan bandara yang dramatis pada Minggu (17/1/2021). Aksi ini memicu kecaman dari Barat yang juga menyerukan pembebasannya segera.

Dalam video yang dirilis timnya tak lama setelah keputusan itu, juru kampanye antikorupsi berusia 44 tahun itu mendesak para pendukungnya melakukan protes.

"Jangan diam. Lakukan perlawanan. Turun ke jalan, bukan untukku, tapi untukmu," kata Navalny.

Kepala jaringan regional Navalny, Leonid Volkov mengatakan tengah menyiapkan protes yang akan diorganisir di seluruh negeri pada Sabtu (23/1/2021).

Navalny ditangkap saat dia kembali ke Rusia dari Jerman untuk pertama kalinya, sejak dia diracun dengan racun saraf pada Agustus dan diterbangkan ke Berlin dalam keadaan koma.

Layanan penjara FSIN Rusia mengatakan telah menahannya karena melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan pada 2014, atas tuduhan penipuan yang menurutnya bermotif politik.


Baca juga: 3 Negara Kepung Rusia, Kecam Penangkapan Alexei Navalny

Mengejek pengadilan

Dalam video lain yang diposting timnya dari ruang sidang sebelum putusan, Navalny mengatakan dia tidak mengerti bagaimana sidang itu bisa berlangsung.

"Saya telah melihat banyak ejekan terhadap keadilan, tetapi orang tua di bunker (Putin) sangat takut. Mereka secara terang-terangan merobek dan membuang hukum kriminal Rusia,” kata Navalny.

"Ini adalah pelanggaran hukum tertinggi."

Beberapa lusin pendukung Navalny berkumpul di luar kantor polisi di tengah dinginnya suhu setempat yang berkisar -20 derajat Celsius.

Mereka meneriakkan "Merdeka!" dan "Biarkan dia pergi!" menurut pengamatan polisi.

Salah satunya melambaikan celana dalam yang terpasang pada tiang. Itu merujuk pada klaim bahwa racun saraf Novichok yang digunakan untuk melawan Navalny, telah ditempatkan di dalam celana dalamnya.

Kritikus Kremlin terkemuka ini muncul satu dekade lalu dengan gerakan Anti-Corruption Foundation-nya. Dia menerbitkan investigasi anti-korupsi yang mengungkapkan gaya hidup mewah elite Rusia.

Navalny telah berulang kali memimpin protes jalanan skala besar terhadap Putin, yang terbaru pada musim panas 2019.

Dia juga bersiap untuk tantangan lain kepada pihak berwenang selama pemilihan majelis rendah State Duma Rusia pada September.

Namun, dia dievakuasi ke Jerman setelah jatuh sakit parah dalam penerbangan menuju Siberia pada Agustus. Insiden ini akhirnya disimpulkan oleh para ahli Barat sebagai keracunan Novichok, racun yang dirancang Soviet.

Navalny menuduh Putin memerintahkan serangan itu, klaim yang dibantah keras oleh Kremlin. Polisi Rusia belum membuka penyelidikan, dengan alasan kurangnya bukti.

Kecaman Barat

Navalny juga menghadapi potensi tuntutan pidana baru di bawah penyelidikan yang diluncurkan akhir tahun lalu oleh penyelidik Rusia. Dia disebut menyalahgunakan lebih dari 4 juta dollar (Rp 56 miliar) sumbangan.

Penangkapannya pada Minggu (17/1/2021), menuai kecaman luas dari Barat. Amerika Serikat, Uni Eropa, Perancis dan Kanada semuanya menyerukan pembebasannya.

Yang lain bergabung dengan seruan itu pada Senin (18/1/2021).

Kepala Komite Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pemerintah Rusia harus "segera membebaskannya dan memastikan keselamatannya". Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia mengutuk "penangkapan sewenang-wenang" tersebut.

Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pihaknya "sangat terganggu" dengan penangkapan tersebut. Sementara Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan itu "mengerikan".

"Dia harus segera dibebaskan," tulis Raab dalam unggahan di Twitter.

Menurutnya, daripada menganiaya Mr Navalny, Rusia harus menjelaskan bagaimana senjata kimia bisa digunakan di tanah Rusia.

Navalny diracuni dengan bahan kimia yang sama, menurut Inggris telah digunakan dalam percobaan pembunuhan mantan mata-mata, Sergei Skripal di kota Salisbury Inggris pada 2018.

Rusia membalas kecaman tersebut, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Senin mengatakan itu adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik di negara-negara Barat.

"Sepertinya politisi Barat melihat ini sebagai kesempatan untuk mengalihkan perhatian dari krisis terdalam yang dialami model pembangunan liberal," katanya.

Rusia sering menuduh Barat melakukan kritik yang tidak adil terhadap kebijakan dalam negerinya. Kremlin menunjuk pada perpecahan di negara-negara Barat seperti yang menyebabkan penyerbuan Gedung Capitol AS atau protes Rompi Kuning di Perancis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com