Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Navalny Desak Masyarakat Rusia Bergerak "Turun ke Jalan" Melawan Putin

MOSKWA, KOMPAS.com - Pemimpin oposisi terkemuka Rusia Alexei Navalny meminta pendukungnya turun ke jalan, setelah pengadilan yang terorganisir dengan tergesa-gesa memerintahkannya untuk dipenjara selama 30 hari.

Melansir AFP pada Senin (18/1/2021), pengadilan darurat digelar di kantor polisi di pinggiran Moskwa tempat Navalny ditahan. Hasilnya menyetujui permintaan jaksa penuntut agar Navalny ditahan hingga 15 Februari.

Navalny adalah kritikus dalam negeri paling vokal bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dia dibawa ke tempat tersebut setelah penangkapan bandara yang dramatis pada Minggu (17/1/2021). Aksi ini memicu kecaman dari Barat yang juga menyerukan pembebasannya segera.

Dalam video yang dirilis timnya tak lama setelah keputusan itu, juru kampanye antikorupsi berusia 44 tahun itu mendesak para pendukungnya melakukan protes.

"Jangan diam. Lakukan perlawanan. Turun ke jalan, bukan untukku, tapi untukmu," kata Navalny.

Kepala jaringan regional Navalny, Leonid Volkov mengatakan tengah menyiapkan protes yang akan diorganisir di seluruh negeri pada Sabtu (23/1/2021).

Navalny ditangkap saat dia kembali ke Rusia dari Jerman untuk pertama kalinya, sejak dia diracun dengan racun saraf pada Agustus dan diterbangkan ke Berlin dalam keadaan koma.

Layanan penjara FSIN Rusia mengatakan telah menahannya karena melanggar ketentuan hukuman percobaan yang dijatuhkan pada 2014, atas tuduhan penipuan yang menurutnya bermotif politik.

Mengejek pengadilan

Dalam video lain yang diposting timnya dari ruang sidang sebelum putusan, Navalny mengatakan dia tidak mengerti bagaimana sidang itu bisa berlangsung.

"Saya telah melihat banyak ejekan terhadap keadilan, tetapi orang tua di bunker (Putin) sangat takut. Mereka secara terang-terangan merobek dan membuang hukum kriminal Rusia,” kata Navalny.

"Ini adalah pelanggaran hukum tertinggi."

Beberapa lusin pendukung Navalny berkumpul di luar kantor polisi di tengah dinginnya suhu setempat yang berkisar -20 derajat Celsius.

Mereka meneriakkan "Merdeka!" dan "Biarkan dia pergi!" menurut pengamatan polisi.

Salah satunya melambaikan celana dalam yang terpasang pada tiang. Itu merujuk pada klaim bahwa racun saraf Novichok yang digunakan untuk melawan Navalny, telah ditempatkan di dalam celana dalamnya.

Kritikus Kremlin terkemuka ini muncul satu dekade lalu dengan gerakan Anti-Corruption Foundation-nya. Dia menerbitkan investigasi anti-korupsi yang mengungkapkan gaya hidup mewah elite Rusia.

Navalny telah berulang kali memimpin protes jalanan skala besar terhadap Putin, yang terbaru pada musim panas 2019.

Dia juga bersiap untuk tantangan lain kepada pihak berwenang selama pemilihan majelis rendah State Duma Rusia pada September.

Namun, dia dievakuasi ke Jerman setelah jatuh sakit parah dalam penerbangan menuju Siberia pada Agustus. Insiden ini akhirnya disimpulkan oleh para ahli Barat sebagai keracunan Novichok, racun yang dirancang Soviet.

Navalny menuduh Putin memerintahkan serangan itu, klaim yang dibantah keras oleh Kremlin. Polisi Rusia belum membuka penyelidikan, dengan alasan kurangnya bukti.

Kecaman Barat

Navalny juga menghadapi potensi tuntutan pidana baru di bawah penyelidikan yang diluncurkan akhir tahun lalu oleh penyelidik Rusia. Dia disebut menyalahgunakan lebih dari 4 juta dollar (Rp 56 miliar) sumbangan.

Penangkapannya pada Minggu (17/1/2021), menuai kecaman luas dari Barat. Amerika Serikat, Uni Eropa, Perancis dan Kanada semuanya menyerukan pembebasannya.

Yang lain bergabung dengan seruan itu pada Senin (18/1/2021).

Kepala Komite Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pemerintah Rusia harus "segera membebaskannya dan memastikan keselamatannya". Juru bicara Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan dia mengutuk "penangkapan sewenang-wenang" tersebut.

Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan pihaknya "sangat terganggu" dengan penangkapan tersebut. Sementara Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan itu "mengerikan".

"Dia harus segera dibebaskan," tulis Raab dalam unggahan di Twitter.

Navalny diracuni dengan bahan kimia yang sama, menurut Inggris telah digunakan dalam percobaan pembunuhan mantan mata-mata, Sergei Skripal di kota Salisbury Inggris pada 2018.

Rusia membalas kecaman tersebut, Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov pada Senin mengatakan itu adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah domestik di negara-negara Barat.

"Sepertinya politisi Barat melihat ini sebagai kesempatan untuk mengalihkan perhatian dari krisis terdalam yang dialami model pembangunan liberal," katanya.

Rusia sering menuduh Barat melakukan kritik yang tidak adil terhadap kebijakan dalam negerinya. Kremlin menunjuk pada perpecahan di negara-negara Barat seperti yang menyebabkan penyerbuan Gedung Capitol AS atau protes Rompi Kuning di Perancis.

https://www.kompas.com/global/read/2021/01/19/080331670/navalny-desak-masyarakat-rusia-bergerak-turun-ke-jalan-melawan-putin

Terkini Lainnya

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

China Kirim 2 Panda Zhu Yu dan Jin Xi ke Kebun Binatang Madrid

Global
Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Mengapa Rencana Serangan Darat Israel ke Rafah di Gaza Begitu Dikecam?

Global
Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Jerman Sambut Baik Keputusan Ekspor Senjata ke Israel

Global
AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke