Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapal Tanker Disita Iran, Korea Selatan Kirim Kapal Perusak Anti-Pembajakan

Kompas.com - 05/01/2021, 22:06 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber AFP

TEHERAN, KOMPAS.com - Korea Selatan akan mengirim delegasi ke Iran untuk merundingkan pembebasan sebuah kapal tanker minyak yang disita bersama awaknya.

Hal itu disampaikan oleh pihak berwenang Seoul pada Selasa, saat unit kapal anti-pembajakan tiba di perairan dekat Selat Hormuz, seperti yag dilansir dari AFP pada Selasa (5/1/2021).

Pengawal Revolusi Iran pada Senin (4/1/2021), mengatakan telah menyita MT Hankuk Chemi berbendera Korea Selatan yang dituding membawa 7.200 ton "produk kimia minyak", karena melanggar undang-undang lingkungan maritim.

Baca juga: Dapat Ancaman dari Iran, AS Siagakan Kapal Induknya di Timur Tengah

Kementerian pertahanan Seoul mengatakan pada Selasa (5/1/2021) bahwa sebuah kapal perusak yang membawa anggota unit anti-pembajakan Korea Selatan telah tiba di perairan dekat Selat Hormuz dan sedang "menjalankan misi untuk memastikan keselamatan warga negara kami", tanpa memberikan rincian.

Seoul mengatakan, unit Cheonghae berkekuatan 300 orang telah berada di wilayah itu sejak akhir 2019 dan tidak akan terlibat dalam operasi ofensif, kata seorang pejabat militer yang tidak disebutkan namanya kepada Kantor Berita Yonhap Selatan.

“Masalah tersebut harus diselesaikan melalui diplomasi. Unit tersebut difokuskan pada keselamatan orang-orang kami yang menggunakan jalur air tersebut, setelah insiden penyitaan,” tambah mereka.

Juru bicara kementerian luar negeri Choi Young-sam mengatakan delegasi pemerintah akan "dikirim ke Iran secepat mungkin untuk mencoba menyelesaikan masalah melalui negosiasi bilateral."

Baca juga: Dubes Iran untuk Brasil: Sanksi AS adalah Kejahatan Kemanusiaan

Dalam kapal tanker itu dilaporkan berisi kru yang berasal dari Korea Selatan, Indonesia, Vietnam, dan Myanmar, kata Pengawal di situsnya Sepahnews, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Penyitaan itu terjadi setelah beberapa hari ketegangan AS-Iran yang tinggi ditandai dengan peringatan pertama pembunuhan komandan militer Iran Mayor Jenderal Qasem Soleimani oleh AS dalam serangan pesawat tak berawak di Baghdad.

Amerika Serikat pada Minggu membatalkan keputusan untuk membawa pulang kapal induk USS Nimitz dari Teluk, dengan Pentagon mengutip "ancaman baru-baru ini" oleh Republik Islam itu.

Pada Senin (4/1/2021), Iran mengatakan telah memulai proses untuk memperkaya uranium hingga kemurnian 20 persen, sebuah langkah yang dengan cepat menarik perhatian internasional.

Baca juga: Iran: Proses Pengayaan Uranium 20 Persen untuk Nuklir Dimulai

Miliaran dollar terkunci

Secara terpisah, wakil menteri luar negeri Korea Selatan Choi Jong-kun akan melanjutkan perjalanan tiga hari yang direncanakan ke Teheran awal pekan depan, tambah juru bicara itu.

Kunjungan wakil menteri telah diatur sebelum penyitaan, karena Teheran mengupayakan pembebasan miliaran dollar yang ditahan di Seoul di bawah sanksi AS.

Menurut gubernur bank sentral Iran Abdolnasser Hemmati, negara itu memiliki "simpanan 7 miliar dollar AS (Rp 97,4 triliun) di Korea Selatan" yang tidak dapat "ditransfer atau kami tidak mendapatkan pengembalian apa pun, sementara mereka meminta biaya" untuk menahan dana tersebut.

Baca juga: Kapal Tanker Korea Selatan Berisi 2 WNI Ditahan, Iran Tuding karena Polusi Minyak

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung Wha tidak mengomentari spekulasi bahwa Iran menyita kapal dalam upaya untuk menekan Seoul agar membuka aset Iran.

"Kami perlu memverifikasi fakta terlebih dahulu dan memastikan keselamatan kru kami," kata Kang kepada wartawan.

"Kami sedang melakukan upaya diplomatik untuk pembebasan lebih awal," tambahnya.

Baca juga: Iran Tuduh Korea Selatan Tahan Rp 97 Triliun Uang Sandera Saat Sita Kapal Tanker

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com