Sekelompok senator AS dari Partai Republik sempat menyampaikan kekhawatirannya soal potensi ancaman dari aplikasi video asal China itu yang akan ikut campur dalam pilpres AS.
Mereka takut China mempolitisasi informasi dari TikTok yang dapat untuk menabur perselisihan di antara orang Amerika dan mencapai hasil politik yang dimau.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mencurigai data pengguna TikTok berisiko berakhir "di tangan Partai Komunis China".
TikTok berulang kali membantah bahwa data yang dikumpulkan dan disimpan di luar China.
Mendekati pemilu AS 3 November, berbagai platforms media sosial kemudian menerapkan tindakan pencegahan terhadap beredarnya informasi "nyinyir" saat pilpres.
Ulah nyinyir yang dimaksud adalah menyerang integritas pemilu AS 2020.
"Kami mengambil pembelajaran dari setiap pemilu baru-baru ini di seluruh dunia, dan menggunakannya untuk meningkatkan kerja integritas pemilu kami," kata Wakil Presiden Kebijakan Publik Twitter Jessica Herrera-Flanigan kepada AFP.
"Ini termasuk bermitra dengan pemerintah, masyarakat sipil, dan perusahaan sejawat kami untuk mengidentifikasi, memahami, dan menekan ancaman dalam percakapan publik, baik sebelum atau setelah pemilu," terangnya.
Baca juga: Kawan Trump, Presiden Bolsonaro Yakini Ada Penipuan dalam Pemilu AS
Pemilu AS 2020 yang digelar pada 3 November mengeluarkan hasil hitung cepat yang dikeluarkan oleh beberapa media internasional, bahwa Joe Biden dan Kamala Harris unggul dari Donald Trump dan Mike Pence.
Hasil itu dibantah telak oleh Trump dan aliansi partainya, dengan melayangkan serangkaian gugatan ke pengadilan kota, negara bagian, hingga Mahkamah Agung (MA).
Seluruh gugatan presiden berusia 74 tahun itu ditolak. Hakim-hakim menolak karena gugatan tim hukum Trump di pemilu AS 2020 penuh dengan teori konspirasi yang dibuat-buat.
Presiden ke-45 AS itu bahkan melobi pejabat Republikan di swing states, seperti ketua DPR negara bagian, untuk mengganti electors yang akan memilih presiden di Electoral College.
Sejauh ini tidak ada pejabat partainya yang menyetujui permintaan Trump.
Namun, Trump tetap bersikukuh tidak akui hasil pilpres AS 2020, sekalipun Dewan Elektoral (electoral college) telah mengumumkan pada Senin (14/12/2020) kemanangan Biden-Harris secara resmi dan pelantikan telah diagendakan 20 Januari mendatang.
Biden kantongi 306 electoral vote alias suara elektoral, melampaui 207 suara elektoral minimal yang dibutuhkan untuk melangkah ke Gedung Putih.
Dalam konferensi pers Senin (28/12/2020) seperti dikutip The Guardian, presiden terpilih AS ke-46 mengecam pemerintahan Presiden Trump yang menghalang-halangi proses transisi kepresidenan.
Kecaman khususnya ditujukan kepada pejabat Kementerian Pertahanan AS, atau kerap disebut Pentagon.
“Sejumlah kementerian sejauh ini memfasilitasi proses transisi yang mulus. Namun ada juga kementerian lain, khususnya Pentagon, yang mempersulit transisi. Pentagon dan Kantor Anggaran Negara memberikan begitu banyak kesulitan kepada tim keamanan nasional saya.” tutur Biden.
Tim keamanan nasionalnya tidak kunjung menerima seluruh informasi yang penting. Misal sampai saat ini Biden tidak mengetahui bagaimanakah pengaturan anggaran di Pentagon.
Adapun Pentagon secara mendadak awal bulan ini menghentikan proses transisi yang telah dilakukan dengan tim keamanan nasional presiden terpilih tanpa alasan yang jelas.
Para pemimpin militer AS menyatakan, mereka sudah bersiap, jika Presiden Donald Trump menerapkan darurat militer sebagai usaha menjegal lawannya, Joe Biden.
Salah satu sumber militer menuturkan kepada Newsweek, sangat tipis kemungkinan para komandan AS sampai terlibat dalam usaha membalikkan pemilu AS.
Yang ditakutkan adalah jika pasukan terpaksa dilibatkan untuk memadamkan kekacauan yang bisa timbul karena masalah yang disulut presiden berusia 74 tahun itu.
Ia menyoroti bahwa ada kemungkinan Trump bisa mengerahkan milisi swasta dan paramiliter yang setia kepadanya untuk membuat kekacauan di Washington DC.
"Saya sudah mengabdi selama 40 tahun, dan saya tidak pernah melihat bagaimana diskusi membahas skenario itu bisa begitu intens," kata si sumber.
Baca juga: Pengacara Trump Sebut Mantan Kepala Keamanan Pemilu AS Harusnya Diseret dan Ditembak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.