Para peretas mungkin tidak punya waktu atau sumber daya untuk melakukan pengawasan besar-besaran terhadap lebih dari sejumlah kecil kemungkinan korban mereka, di mana kementerian-kementerian menjadi target yang paling memungkinkan.
Baca juga: Menlu AS: Serangan Siber Korea Utara Lebih Berbahaya daripada Rusia
Profesor Alan Woodward, seorang peneliti keamanan siber di Universitas Surrey, Inggris, mengatakan, "Pasca Perang Dingin, ini adalah salah satu potensi pembobolan terhadap pemerintah Barat yang terbesar yang saya ketahui."
"Coba pikirkan mengapa negara-negara melakukan spionase. Itu untuk memberi mereka keuntungan, dan itu tidak selalu hanya keuntungan militer, terutama di masa damai," ucapnya.
Menurutnya, penggunaan intelijen untuk mendapatkan keuntungan ekonomi dalam segala macam cara adalah aspek utama mengapa negara memiliki operasi pengumpulan intelijen.
"Ada juga dimensi pribadi. Kami melihat itu ketika Kantor Manajemen Personalia diretas di AS dan detail pribadi banyak pegawai pemerintah kemungkinan telah diakses," ucapnya.
Detail-detail ini hanya bisa diakses oleh mereka yang telah menjalani pemeriksaan keamanan dan merupakan sangat sensitif, kata Woodward.
"Mereka dapat dengan mudah disalahgunakan untuk memeras orang atau memberi Anda gambaran yang baik tentang siapa yang memiliki akses ke apa sehingga Anda dapat menargetkan orang secara khusus untuk operasi lebih lanjut," tambahnya.
Baca juga: AS Langsung Ambil Langkah Darurat Setelah Kena Serangan Siber
Profesor Woodward, seperti banyak orang di dunia keamanan, mengatakan bahwa serangan itu memiliki ciri khas operasi Rusia, meskipun ini terlalu dini untuk memastikannya.
Pihak-pihak lain termasuk para peneliti di FireEye, yang menemukan peretasan itu setelah mereka sendiri menjadi korban, menunjuk ke tim pemerintah Rusia yang dikenal sebagai Cosy Bear.
Kementerian Luar Negeri Rusia menggambarkan tuduhan itu sebagai "tidak berdasar", dalam sebuah pernyataan di Facebook.
Mungkin perlu waktu berbulan-bulan sampai kita melihat tanggapan AS, tetapi kemungkinan jika pemerintah AS menyimpulkan bahwa itu adalah Rusia, maka kemungkinan ada konsekuensi geopolitiknya.
Pemerhati serangan siber Marina Krotofil, yang dulu bekerja untuk FireEye dan sekarang menjadi peneliti utama di ABB, mengatakan peretasan tersebut dapat meningkatkan ketegangan.
"Dalam beberapa tahun terakhir, AS telah memberlakukan serangkaian sanksi terhadap Rusia, termasuk dakwaan terbaru terhadap peretas militer Rusia," ujar Krotofil.
Namun menurutnya, Rusia secara eksplisit menunjukkan bahwa mereka tidak terintimidasi dan tidak akan mengurangi aktivitas siber.
"Ini akan semakin meningkatkan ketegangan hubungan antara AS dan Rusia, yang dalam jangka panjang menciptakan konflik politik yang parah," ucapnya.
Kemudian, tentu saja, ada potensi tanggapan yang tak terlihat dari pemerintah AS dan sekutunya di dunia maya.
Peretasan "Sunburst" mungkin mewakili serangan besar dalam pertempuran virtual antara negara-negara saingan - sebuah eskalasi yang dapat menimbulkan konsekuensi serius.
Baca juga: Sebut Pemilu AS Aman, Direktur Badan Keamanan Siber Malah Dipecat Trump
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.