Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Bunuh Diri Melonjak Selama Covid-19, Jepang Peringatkan Dunia

Kompas.com - 02/12/2020, 18:44 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber CBS News

Namun tingkat kasus bunuh diri wanita melonjak lebih dari 80 persen, melanjutkan peningkatan mengerikan yang dimulai pada Agustus.

Wanita yang lebih muda - terlalu banyak bekerja paruh waktu dan non-reguler - telah dirugikan secara tidak proporsional oleh pemutusan hubungan kerja dan penutupan akibat pandemi di Jepang.

Baca juga: Masyarakat Diminta Tetap Jaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi Covid-19

Dalam survei yang dilakukan oleh Profesor Michiko Ueda dari Universitas Waseda Tokyo, sepertiga wanita di bawah 40 tahun melaporkan kehilangan pekerjaan. Pendapatan mereka turun signifikan, dibanding 18 persen dari rekan pria mereka.

Ozora, pendiri Anata no Ibasho (Tempat Anda), yang menawarkan konseling gratis melalui pesan teks – mengungkap kemungkinan salah satu alasan pelanggan organisasi condong ke remaja dan 20-an.

"Alasan terbesar adalah perempuan kehilangan pekerjaan dan tidak tahu bagaimana menghidupi diri mereka sendiri dan keluarga mereka," katanya kepada CBS News.

Karena secara historis tingkat kematian akibat perbuatan sendiri yang tinggi, Jepang telah mengembangkan sistem yang sangat cepat, akurat, dan terperinci untuk melacak kasus bunuh diri.

Angka bulanan yang dikeluarkan dalam beberapa minggu, merupakan data awal dan sangat suram bagi Jepang. Para ahli mengingatkan munculnya dampak yang sama di negara-negara lain.

Baca juga: Jemaah Umrah di Masa Pandemi: Kita Harus Siapkan Mental...

Lockdown Covid-19 yang kejam banyak disalahkan karena meningkatkan ide bunuh diri di negara lain. Sementara pembatasan virus di Jepang relatif lunak sebenarnya relative lunak. Pemerintah mengandalkan kepatuhan sukarela, tanpa hukuman.

"Pesan yang ingin saya ambil adalah jika dampak pandemi jauh lebih ringan dan kita masih melihat efek besar bunuh diri ini bisa terjadi di mana saja," kata Ueda

Para ahli menyatakan bagi mereka yang berhasil mempertahankan pekerjaan mereka, teleworking dalam waktu lama telah berdampak besar pada kesehatan mental.

"Sementara beberapa orang senang bekerja dari rumah, ada sejumlah kerugian," menurut Uchida, psikiater Tokyo. Tidak berada di kantor artinya tidak memiliki seseorang di dekat Anda saat Anda perlu melampiaskannya.

Bekerja dari jarak jauh juga membuat lebih sulit untuk mendapatkan bimbingan dari supervisor, tambahnya.

"Baik atau buruk, umpan balik atas pekerjaan Anda bisa menjadi sumber harga diri."

Terkait pandemi atau tidak, serentetan bunuh diri selebritas tahun ini telah memperburuk lonjakan kematian yang diakibatkan oleh diri sendiri di kalangan wanita, menurut Profesor Ueda.

Penelitiannya menunjukkan bahwa pada hari bunuh diri selebriti menjadi berita, kematian yang dilakukan sendiri melonjak sebanyak 6%. Efeknya bertahan selama berhari-hari.

Baca juga: Pengawal Putin Ditemukan Tewas Bunuh Diri di Kremlin

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com