Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Peringatkan Perekonomian Lebanon yang Kian Terpuruk

Kompas.com - 02/12/2020, 14:47 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Aljazeera

KOMPAS.com - Bank Dunia memperingatkan adanya kemerosotan ekonomi akibat 'depresi yang disengaja' di Lebanon sebanyak 19.2 persen tahun ini, lapor Aljazeera, Selasa (1/12/2020).

Lebanon telah dilanda oleh berbagai krisis dengan tahun ini sebagai puncaknya. Negara itu sebelumnya sudah mengalami kemerosotan ekonomi, krisis keuangan, wabah virus corona dan ledakan masif mematikan di Pelabuhan Beirut.

Para ekonom Bank Dunia kini memperingatkan bahwa 'segalanya' bisa menjadi sangat buruk dalam negara yang tengah bergulat itu sebelum mereka berhasil mencapai titik yang lebih baik.

Kemerosotan ekonomi itu mengancam kestabilan negara.

Baca juga: Saad Hariri jadi Perdana Menteri Lebanon Lagi untuk Bentuk Kabinet Reformasi

Dengan penyusutan sebesar 19.2 persen tahun ini, para ekonom memperkirakan lebih lanjut sebanyak 13.2 persen pada tahun depan dan rasio utang negara itu terhadap PDB diperkirakan akan mencapai 194 persen pada akhir tahun ini.

Lebih dari separuh penduduk Lebanon diperkirakan akan jatuh miskin pada tahun depan.

“Kini, krisis ekonomi Lebanon mungkin akan lebih dalam dan lama daripada kebanyakan krisis ekonomi yang ada,” ujar ekonom Bank Dunia memperingatkan dalam laporan Monitor Ekonomi Lebanon berjudul The Deliberate Depression.

Banyak faktor yang membuat perekonomian negara itu semakin terpuruk. Bertahun-tahun penuh pengabaian, salah penanganan finansial negara, perang di Suriah, dan korupsi membuat segalanya menjadi sangat buruk.

Baca juga: Respons Keras Partai Utama Syiah di Lebanon atas Perundingan Negara Itu dengan Israel

Lebanon sebelumnya telah mengalami krisis besar-besaran pada Oktober 2019 dan memicu protes massa yang juga menuntut reformasi besar-besaran.

Tahun 2020 tidak memperbaiki itu semua dengan munculnya wabah Covid-19, utang publik yang membengkak, utang pemerintah yang gagal dibayar, serta mata uang terjun bebas

Tanggal 4 Agustus 2020, ledakan besar di Pelabuhan Beirut mengguncang kota dan seakan menjadi klimaks dari keseluruhan 'penderitaan' itu.

Kesabaran rakyat Lebanon seperti sudah di ambang batas, mereka turun ke jalan menunjukkan betapa marah dan tidak puasnya mereka atas ketidakmampuan dan kelalaian pemerintah dalam mengurus polemik bangsa mereka sendiri.

Baca juga: Setelah 2 Kali Gagal, Presiden Lebanon Akan Kembali Umumkan Nama Calon Perdana Menteri

Keterpurukan lainnya menyusul, banyak daerah kekurangan listrik parah, devisa semakin langka, jatuhnya nilai Pound Lebanon sampai 80 persen kian membebani kesulitan rakyat Lebanon.

Sektor pariwisata yang selama ini diandalkan hancur karena wabah, pendapatan pemerintah turun drastis dengan peringatan Bank Dunia soal penurunan pendapatan Lebanon baik pendapatan pajak maupun non-pajak.

“Resesi Lebanon kemungkinan akan sulit dan berkepanjangan mengingat kurangnya pembuatan kebijakan yang diperlukan,” ungkap pihak Bank Dunia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Aljazeera
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com