Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpacu dalam Pandemi, Inilah Deretan Calon Vaksin Corona Terdepan...

Kompas.com - 01/12/2020, 21:13 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

DW INDONESIA Teknologi calin vaksin Covid-19
Kini para peneliti mengupayakan akselerasi, agar dalam masa pandemi, waktu untuk pengembangan dan keluarnya izin rata-rata bisa dituntaskan dalam 17 bulan.

Namun itu baru tahapan awal. Jika uji coba fase tiga sukses dan vaksin diberi izin serta diproduksi secara massal, para periset mulai dengan fase empat, yakni memonitor progresnya pada orang yang mendapat vaksinasi.

Baca juga: Korea Utara Dikabarkan Meretas Perusahaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Prioritas dan alokasi vaksin perdana

Jika sebuah vaksin sudah mengantungi izin, tidak serta merta semua orang bisa divaksinasi. Pasalnya, mula-mula vaksinnya harus diproduksi secara massal.

Vaksin Covid-19 misalnya, BioNTech dan Moderna mengklaim, hingga akhir tahun akan mampu memproduksi ratusan juta dosis. Diperkirakan hingga akhir tahun 2021 sudah bisa diproduksi miliaran dosis vaksin Covid-19.

Setelah itu ada rantai logistik yang rumit dan panjang, mengingat produk vaksin dan obat-obatan perlu penanganan khusus dan teknologi tinggi.

Para politisi dan lembaga dunia kemudian harus memutuskan, siapa saja yang mendapat prioritas vaksinasi perdana.

Namun pada akhirnya, masing-masing individu yang harus memilih, mau divaksin atau tidak? Banyak warga di Jerman misalnya, menolak tegas imunisasi alias vaksinasi dengan beragam alasan.

Namun riset di 35 negara menunjukkan, mayoritasnya justru meminta segera mendapat vaksinasi Covid-19.

Baca juga: Thailand Targetkan Vaksin Covid-19 Diterima Lebih Awal

DW INDONESIA Jajak pendapat siap divaksin
Tidak ada vaksin efektif 100 persen

Juga yang harus dipahami orang awam, tidak ada vaksin atau obat yang aman atau menjamin keampuhan hingga 100 persen.

Selain itu vaksin Covid-19 juga dibuat dengan beragam cara dan teknologi. Artinya, keampuhan atau efek sampingannya akan berbeda pada tiap vaksin dan tiap individu.

Para ilmuwan menekankan, vaksinasi bertujuan memicu sistem kekebalan tubuh pada virus SARS-Cov-2 pemicu Covid-19 dan menyimpan memorinya. Dengan itu, jika di kemudian hari terpapar virus yang asli, sistem imunitas tubuh bisa memeranginya.

Juga diwanti-wanti, tidak ada kekebalan tubuh yang abadi terhadap virus yang terus mengalami mutasi sesuai hukum evolusi.

Kekebalan tubuh terhadap virus corona terus menurun seiring waktu, dan ada kemungkinan tubuh terinfeksi ulang. Namun diharap, gejalanya tidak parah, karena tubuh sudah dipersiapkan menghadapinya.

Baca juga: Putin Tidak Bisa Disuntik Vaksin Terbaru Rusia karena Belum Ada Sertifikasinya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com