HONG KONG, KOMPAS.com - China menjalankan reformasi pendidikan di Hong Kong untuk menumbuhkan patriotisme di kalangan kaum muda.
Kebijakan tersebut mensyaratkan perombakan kurikulum dan pengawasan yang lebih ketat terhadap tenaga pengajar.
Chua Chiu-fai punya misi penting. Dia ingin membersihkan ruang-ruang kelas di Hong Kong dari apa yang dia sebut sebagai bias anti-China.
Pasukannya adalah orangtua murid. Chua sejauh ini sudah merekrut ratusan ibu dan ayah untuk memantau murid-murid yang membenci China, dan melaporkan mereka ke sekolah.
Chua bahkan pernah mengajak para orangtua murid untuk ikut turun ke jalan membuat demonstrasi tandingan.
Baca juga: Aktivis Milenial Hong Kong Mengaku Bersalah dalam Aksi Protes 2019
Melalui kanal YouTube-nya yang diikuti 114.000 pengguna, Chua menjelaskan inisiatifnya itu dibuat sebagai reaksi atas ketegangan di jalan-jalan kota.
Dalam sebuah video dari Oktober lalu, dia mengaku melihat gambar orang yang terlihat seperti guru, di sebuah demonstrasi kelompok pro-demokrasi tahun lalu, tapi memerintahkan murid untuk mengumpulkan batu.
Guru-guru ini, ujarnya dia, harus dipecat.
“Jika Anda adalah seorang guru dan memaksa murid Anda merusak tempat ini untuk sebuah sikap politik, hal itu sama sekali tidak bisa kami terima” kata Chua.
Aktivisme patriotik warga sipil seperti Chua didukung oleh tokoh politik pro-China di Hong Kong.
Baca juga: China Ancam Negara Barat soal Hong Kong: Hati-hati atau Mata Dicongkel
Tenaga pengajar termasuk yang pertama dibidik sebagai bagian dari rencana besar China mereformasi kaum muda kota, lapor kantor berita Reuters.
Peran mahasiswa dan murid sekolah yang menggerakkan gelombang demokrasi di Hong Kong dikabarkan membuat khawatir petinggi Partai Komunis.
Sebabnya Beijing diyakini akan menjalankan program re-edukasi untuk menanamkan loyalitas terhadap China.
Wawancara yang dilakukan Reuters dengan berbagai aktor di sistem pendidikan Hong Kong dan China, serta penelusuran dokumen edukasi seperti kurikulum, latar belakang tenaga pengajar, salinan soal ujian atau aktivitas ekstrakulikuler menampilkan gambaran seragam yakni betapa Hong Kong sudah sepenuhnya berada di bawah kendali China.
Baca juga: Oposisi Hong Kong Mundur Massal, AS Ancam China dengan Sanksi
Lau Siu-kai, Wakil Direktur Asosiasi China untuk Studi Hong Kong dan Macao, wadah pemikir bentukan Beijing di Hong Kong, mengatakan langkah pertama untuk menanamkan loyalitas pada kaum muda Hong Kong adalah dengan menumbuhkan semangat nasionalisme.