Awal tahun ini kas kampanye Biden hampir kosong. Ia memulai kampanye pemilu dengan posisi tidak menguntungkan dibandingkan Trump, yang telah menghabiskan seluruh masa kepresidenannya untuk menghimpun dana kampanye yang hampir mencapai satu miliar dolar.
Namun sejak bulan April, kampanye Biden berhasil menghimpun banyak dana, dan - sebagian karena pemborosan di pihak tim kampanye Trump - berakhir dengan posisi finansial yang jauh lebih kuat daripada lawannya.
Baca juga: Biden Jadi Presiden AS Terpilih, Pendukung Trump Tidak Terima
Pada awal Oktober, kampanye Biden punya 144 juta dollar AS (Rp 2 triliun) lebih banyak daripada Trump, yang memungkinkannya untuk mengubur sang kandidat Republik dalam gelombang iklan televisi di hampir setiap negara bagian kunci.
Tentu saja, uang bukan segalanya. Empat tahun lalu, kampanye Clinton punya lebih banyak dana dibandingkan Trump.
Tapi pada 2020, saat kampanye tatap muka terhambat oleh virus corona dan rakyat Amerika di seluruh negeri lebih banyak mengonsumsi media di dalam rumah, keunggulan dana Biden membantunya menjangkau lebih banyak pemilih dan terus mendorong pesannya sampai akhir.
Hal itu memungkinkan Biden melebarkan peta elektoral, menghabiskan uang di negara-negara bagian yang sebelumnya dianggap sulit dimenangkan seperti Texas, Georgia, Ohio, dan Iowa.
Kebanyakan taruhan itu tidak berhasil, tapi ia memaksa Trump untuk bertahan, memenangkan Arizona yang sebelumnya selalu memilih konservatif, serta mempertahankan persaingan ketat di Georgia.
Uang dapat menghadirkan kampanye alternatif dan inisiatif- dan Biden memanfaatkan keunggulannya dengan baik.
Baca juga: Pemilu Amerika: Pemimpin Dunia Berikan Selamat kepada Biden dan Kamala Harris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.