Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Joe Biden dan Lima Alasan di Balik Kemenangan dalam Pemilu Amerika Serikat

Kompas.com - 08/11/2020, 15:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

Barangkali dalam situasi pemilihan biasa, ketika kebanyakan rakyat Amerika tidak khawatir akan paparan virus, strategi ini akan menjadi bumerang. Mungkin dalam situasi itu ejekan "hidin 'Biden" dari Trump akan efektif.

Namun tim kampanye Biden berusaha untuk tetap tenang dan membiarkan mulut Trump mengkhianati dirinya sendiri - dan, pada akhirnya, strategi itu berbuah manis.

3. Pokoknya jangan Trump

Sepekan sebelum hari pemilihan, kampanye Biden menayangkan iklan televisi terakhirnya dengan pesan yang serupa dengan yang ditawarkan pada awal kampanyenya tahun lalu, dan pidato pencalonannya pada bulan Agustus.

Pemilihan ini adalah "pertarungan untuk jiwa Amerika", ujarnya, dan kesempatan bagi bangsa untuk meninggalkan hal yang ia gambarkan sebagai keterpecah-belahan dan kekacauan dalam empat tahun terakhir.

Namun di balik slogan tersebut ada hitung-hitungan sederhana. Biden mempertaruhkan keberuntungan politiknya pada anggapan bahwa Trump terlalu mempolarisasi dan meledak-ledak, dan apa yang dibutuhkan Amerika ialah kepemimpinan yang lebih tenang dan stabil.

"Pokoknya saya lelah dengan sikap Trump sebagai pribadi," kata Thierry Adams, warga asli Prancis yang setelah 18 tahun tinggal di Florida memberikan suara untuk pertama kali dalam pemilihan presiden di Miami pekan lalu.

Demokrat sukses menjadikan pemilihan ini referendum untuk Trump, bukan pilihan biner antara kedua kandidat.

Pesan kemenangan Biden sederhana saja: Ia "bukan Trump". Komentar umum dari Demokrat ialah kemenangan Biden berarti rakyat Amerika bisa rehat dari memikirkan politik selama berminggu-minggu. Itu dimaksudkan sebagai kelakar, tapi ada benarnya juga.

Baca juga: Terpilih sebagai Presiden AS, Joe Biden Ingin Menyatukan, Bukan Memecah Belah

4. Tetap di tengah

Selama kampanye untuk menjadi kandidat Demokrat, Biden bersaing dengan kandidat-kandidat 'kiri' seperti Bernie Sandres dan Elizabeth Warren, keduanya menjalankan kampanye yang didukung dengan dana dan organisasi yang baik dan menarik perhatian banyak orang.

Kendati mendapat tekanan dari sisi liberal, Biden tetap mengambil posisi tengah, menolak untuk mendukung gagasan jaminan kesehatan nasional, kuliah gratis, atau pajak kekayaan.

Ini memungkinkan ia untuk memaksimalkan daya tarik untuk kelompok moderat dan pendukung Republik yang tidak puas selama kampanye pemilu.

Strategi ini tercermin dalam keputusan Biden memilih Kamala Harris sebagai cawapres, padahal sebenarnya ia bisa memilih sosok yang lebih didukung oleh sayap kiri partai.

Baca juga: Ucapkan Selamat Kepada Biden, PM Jepang Janji Kerja Sama Perkuat Perdamaian di Kawasan Indo-Pasifik

Isu di mana posisi Biden lebih dekat dengan Sanders dan Warren ialah isu lingkungan dan perubahan iklim - barangkali memperhitungkan bahwa keuntungan yang didapat dari menarik simpati pemilih muda sepadan dengan risiko mengalienasi para pemilih di negara bagian kunci yang bergantung pada energi fosil. Tapi ini satu pengecualian yang membuktikan keseluruhannya.

"Bukan rahasia bahwa kami kritis terhadap rencana dan komitmen Biden ketika ia menjabat wakil presiden," kata Varshini Prakash, pendiri kelompok aktivis lingkungan Sunrise Movement pada Juli lalu.

"Ia merespons banyak kritik itu; secara besar-besaran meningkatkan skala dan urgensi investasi, menjabarkan detail langkah-langkahnya untuk mencapai keadilan lingkungan dan menciptakan pekerjaan serikat yang baik, serta menjanjikan tindakan segera."

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com