WILMINGTON, KOMPAS.com - Kamala Harris menyatakan, dirinya tidak akan menjadi perempuan pertama dan terakhir yang bisa menjadi Wakil Presiden AS.
Dia menegaskannya dalam pidato perkenalan di depan pendukung di Chase Center, sebelum kemudian memperkenalkan presiden terpilih Joe Biden.
Kamala yang sebelummya menjabat sebagai Senator California itu mengenakan setelan putih, sebagai penghormatan untuk hak pilih perempuan.
Baca juga: Profil Kamala Harris: Wanita Kulit Hitam Pertama yang menjadi Wakil Presiden Amerika
Dia membuka pidatonya dengan menceritakan ibunya yang datang dari India ke AS pada usia 18 tahun, di mana dia tentu tak menyangka putrinya akan jadi orang nomor dua di sana.
"Tetapi dia percaya dan begitu yakin bahwa momen seperti ini di Amerika bakalan terwujud," jelas Kamala dalam pidatonya tersebut.
"Saya memikirkan dia... dan saya juga memikirkan generasi perempuan, kulit hitam, putih, Asia, Latina yang membuat sejarah membuka jalan bagi kita," kata dia.
"Mungkin saya adalah wakil presiden perempuan pertama di AS. Tapi saya jelas takkan jadi yang terakhir," tegas Kamala Harris diiringi lengkingan klakson dan sorakan.
"Karena setiap gadis kecil yang melihat ini akan percaya bahwa mereka bisa di negeri ini," lanjutnya dikutip AFP dan Sky News Minggu (8/11/2020).
Mantan Jaksa Agung California itu menyatakan, dia berjanji bakal memerangi rasialisme yang sudah mengakar kuat di "Negeri Uncle Sam".
Baca juga: Pemilu Amerika: Pemimpin Dunia Berikan Selamat kepada Biden dan Kamala Harris
Pidato dari politisi 56 tahun itu merupakan tanda peran penting yang diberikan Joe Biden, di mana mereka masing-masing berbagi sorotan.
Biden sendiri setelah diperkenalkan Kamala juga memberikan pidatonya, daripada secara tradisional berbagi panggung dengan tandem mereka.
Kamala memulai pidatonya dengan memberi penghormatan bagi mendiang anggota DPR AS asal Georgia, John Lewis, yang merupakan pejuang hak sipil.
Baca juga: Kamala Harris kepada Biden: Kita Berhasil Joe
Mengutip pernyataan Lewis, Kamala mengatakan bahwa demokrasi bukanlah negara. Melainkan tindakan, dan hanya bisa dicapai jika rakyat ikut berjuang.
Karena itu, dia menuturkan bahwa dalam Pilpres AS kali ini seluruh mata di muka Bumi melihat mereka, dengan "jiwa Amerika berada di ujung tanduk".
"Saya tahu dalam beberapa bulan terakhir merupakan tantangan. Tapi Anda memilih harapan, persatuan, sains, dan ya, kebenaran," ulasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.