Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekitar Paris Macet 700 Km Menjelang Lockdown Nasional Kedua

Kompas.com - 30/10/2020, 20:42 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

PARIS, KOMPAS.com - Lalu lintas di sekitar Paris alami kemacetan parah beberapa jam sebelum lockdown nasional kedua diberlakukan di seluruh Perancis untuk menekan kasus Covid-19

Melansir BBC pada Jumat (30/10/2020), kemacetan terjadi sepanjang 700 kilometer secara kumulatif di wilayah Ile-de-France pada Kamis malam waktu setempat, menurut laporan media lokal.

Langkah lockdown mulai berlaku pada tengah malam pada Jumat (23:00 GMT) untuk mengatasi infeksi Covid-19 yang terus meningkat.

Para warga telah diperintahkan untuk tetap tinggal di rumah, kecuali untuk urusan pekerjaan pentung atau alasan medis.

Presiden Emmanuel Macron mengatakan negaranya berisiko "kewalahan oleh gelombang kedua (Covid-19) yang tidak diragukan lagi akan lebih sulit daripada gelombang pertama".

Kematian Covid-19 harian di Perancis berada pada level tertinggi sejak April. Pada Kamis (29/10/2020), pihak berwenang melaporkan 47.637 kasus baru dan 250 kematian baru.

Baca juga: Perayaan Hari Orang Mati di Meksiko Lesu akibat Wabah Corona

Media Perancis melaporkan bahwa banyak orang Paris telah meninggalkan kota dan apartemen mereka yang umumnya sempit, untuk menghabiskan waktu di pedesaan.

Anna (24 tahun) mengatakan kepada surat kabar Le Figaro bahwa dia telah meninggalkan apartemen keluarganya di Paris untuk pergi ke rumah kedua mereka di Bernay di utara Perancis.

Dia mengatakan menghabiskan waktu lockdown pertama di Paris yang membuatnya "secara psikologis sulit". Namun, menurutnya di Bernay dengan "udara lebih bersih, kita dapat bernapas, kita merasa bebas".

Baca juga: Pemerintah Jepang Godok RUU Vaksin Virus Corona Gratis

Lalu lintas yang lebih padat dari biasanya juga dilaporkan di sekitar kota besar Lyon dan Bordeaux, beberapa jam sebelum lockdown diberlakukan.

Kemacetan lalu lintas mengingatkan pada eksodus perkotaan yang terjadi pada Maret menjelang lockdown nasional pertama yang sangat ketat di Perancis. Pada saat itu, beberapa penduduk wilayah lain Perancis memusuhi warga Paris yang melarikan diri dari ibu kota.

"Kami meminta orang untuk tinggal di rumah dan orang Paris untuk tinggal di Paris. Anda dapat memahami dengan baik bahwa jika 4.000 orang dari Paris menyerbu (ke wilayah lain) dan sepertiga dari mereka terinfeksi (Covid-19) tanpa menyadarinya, jelas berisiko menyebar dengan cepat," tulis seorang komentator di koran lokal, Sud Ouest.

Baca juga: Bantah Menyerah Hadapi Corona, Trump: Kita di Tikungan

Namun, selama gelombang Covid-19 pertama, wilayah tertentu di Perancis, khususnya Paris dan timur laut terkena dampak parah ketika lockdown diberlakukan, sementara wilayah lain memiliki kasus yang relatif sedikit.

Kali ini, para pejabat mengatakan virus corona menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.

Sementara itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa Brussel telah menyisihkan 200 juta euro (Rp 3,4 triliun) untuk memindahkan pasien Covid-19 dari negara anggota yang terkena dampak paling parah ke negara lain dengan tempat tidur rumah sakit cadangan.

Baca juga: Kasus Virus Corona Meningkat Lagi, Spanyol Kembali Umumkan Keadaan Darurat

Dia juga meminta negara-negara Uni Eropa untuk mengumpulkan data virus corona mereka, dan mendesak mereka untuk tidak menutup perbatasan satu sama lain.

Namun, dia berkata bahwa "kami tidak mendorong perjalanan sekarang", dan bahwa orang-orang di Eropa seharusnya hanya memulai perjalanan ke negara bagian lain, jika mereka memang perlu.

Selama panggilan video dengan para pemimpin Uni Eropa, Von der Leyen juga mengatakan bahwa pekerjaan mereka sekarang harus dimulai dengan mempersiapkan infrastruktur untuk program vaksinasi massal, agar siap ketika vaksin disetujui.

Baca juga: Klaster Virus Corona Gedung Putih Bertambah, Ajudan Wapres AS Positif Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com