Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tersangka Pembunuhan di Gereja Perancis: Pria Tunisia Berusia 21 Tahun

Kompas.com - 30/10/2020, 15:41 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber BBC

PARIS, KOMPAS.com - Pria Tunisia berusia 21 tahun yang baru tiba di Eropa menjadi tersangka pelaku dalam pembunuhan 3 orang di gereja Perancis pada Kamis (29/10/2020).

Dia masuk Eropa melalui pulau Lampedusa, Italia dari Tunisia dengan menumpangi kapal migran pada September, menurut laporan yang dilansir dari BBC pada Jumat (30/10/2020).

Sumber polisi menyebutkan bahwa seseorang bernama Brahim Aouissaoui diidentifiaksi sebagai penyerangnya.

Tersangka dalam kondisi kritis di rumah sakit saat ini, kata kepala jaksa anti-teroris Perancis Jean-François Ricard.

Presiden Emmanuel Macron mengatakan peristiwa pembunuhan itu adalah "serangan teroris".

Setelah kejadian serangan di gereja, Macron mengatakan telah mengerahkan penambahan jumlah tentara dari 3.000 menjadi 7.000, untuk melindungi tempat-tempat umum, seperti gereja dan sekolah.

Baca juga: Para Pemimpin Dunia Kecam Serangan Teror di Perancis

Perancis telah meningkatkan kewaspadaan keamanan nasional ke tingkat tertinggi, dan sejalan dengan itu, jaksa anti-teror sudah mulai melakukan penyelidikan.

Penikaman terjadi pada Kamis di gereja di kota Nice, Perancis selatan, yang kemudian mengingatkan pada serangan lain pada awal Oktober, di dekat sebuah sekolah di barat laut Paris.

Samuel Paty, seorang guru yang dipenggal dalam tragedi itu, setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad yang kontroversial, kepada murid-muridnya sebagai materi pelajaran sekolah.

Pembunuhan Paty telah meningkatkan ketegangan di Perancis dan Macron melakukan pembelaan untuk guru tersebut dengan mengatakan bahwa telah menajdi hak untuk menerbitkan kartun kontroversial itu.

Macron mengatakan untuk menindak aksi radikal Islam, yang kemudian membuat marah Turki dan negara-negara mayoritas Islam.

Baca juga: Detik-detik Teror Brutal di Gereja Notre-Dame Perancis

Tersangka pelaku yang ditangkap di gereja di Nice, Perancis, meneriakkan sesuatu berulang kali sebelum ditembak oleh polisi.

Sebuah Al-Quran, 2 telepon, dan pisau berukuran 30 sentimeter ditemukan dibawa oleh tersangka, kata François Ricard.

"Kami juga menemukan tas yang ditinggalkan penyerang. Di samping tas ini ada 2 pisau yang tidak digunakan dalam penyerangan," ujar François Ricard.

"Jika kita diserang sekali lagi yang mengarah pada nilai-nilai yang menjadi milik kita, yaitu kebebasan, yang tanah kita yakini itu, dan tidak akan menyerah dengan adanya kekuatan teror," ucap Macron selah mengunjungi lokasi kejadian di Nice.

"Saya mengatakannya dengan sangat jelas sekali lagi hari ini, kami tidak akan menyerahkan terhadap apa pun," tandas Macron.

Baca juga: Muslim Perancis Prihatin dan Bersimpati atas Pembunuhan di Gereja Kota Nice

Korban serangan di kota Nice

Ada 3 korban dalam serangan di gereja kota Nice, yang mana ketiganya diserang di dalam basilika, pada Kamis pagi (29/10/2020), sebelum misa pertama hari itu.

Dua orang meninggal di dalam gereja, yang masing-masing berusia 60 tahun yang "hampir dipenggal", dan seorang pria berusia 55 tahun yang tenggorokannya dipotong.

Korban pria itu adalah anggota staf yang bertanggung jawab atas pemeliharaan gereja. Dia dikabarkan memiliki seorang istri dan 2 anak.

Korban lainnya merupakan seorang wanita berusia 44 tahun, yang berhasil melarikan diri ke kafe terdekat setelah ditikam beberapa kali, tetapi meninggal kemudian.

Belakangan diketahui bahwa seorang saksi telah berhasil membunyikan alarm dengan sistem perlindungan khusus yang dipasang oleh kota.

Baca juga: Emmanuel Macron: Perancis Sedang Diserang

Chloe, seorang saksi mata yang tinggal di dekat gereja, mengatakan kepada BBC, "Kami mendengar banyak orang berteriak di jalan. Kami melihat dari jendela bahwa ada banyak, banyak polisi datang, dan tembakan, banyak tembakan."

Empat petugas polisi tiba di tempat kejadian pada pukul 08:57 waktu setempat. Lalu, penyerang ditembak dan ditahan tidak lama kemudian, kata kepala jaksa anti-teroris François Ricard.

Empat tahun lalu Nice adalah tempat salah satu serangan milisi terburuk di Perancis, ketika seorang Tunisia mengendarai truk ke kerumunan orang yang merayakan Hari Bastille pada 14 Juli. Terdapat 86 korban meninggal dunia.

Pemerintah di seluruh dunia mengutuk serangan pada Kamis di kota Nice, termasuk tetangga Eropa Perancis, AS, Turki, Mesir, Qatar dan Lebanon.

Baca juga: Status Darurat Tertinggi, Perancis Terjunkan 4.000 Personel Tentara Buntut 2 Serangan dalam Sehari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com