Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Kartun Nabi Muhammad di Perancis, Tagar #IStandWithFrance Viral di India

Kompas.com - 28/10/2020, 19:46 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

NEW DELHI, KOMPAS.com - Ketika Muslim di seluruh dunia memprotes dan memperluas seruan mereka untuk memboikot produk Perancis atas komentar Presiden Emmanual Macron tentang Islam dan penggambaran Nabi Muhammad, tagar dengan pesan berbeda sedang tren di India yang mayoritas Hindu.

Melansir Al Jazeera pada Selasa (27/10/2020), #IStandWithFrance dan #WeStandWithFrance berada di antara tren teratas di Twitter India pada Senin dan Selasa, dengan ribuan pengguna India mengekspresikan solidaritas mereka kepada Perancis.

Macron telah memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim dengan menuduh Muslim Perancis "separatisme" dan menggambarkan Islam sebagai "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia".

Baca juga: Kontroversi Kartun Nabi Muhammad, Iran Tampilkan Presiden Perancis seperti Iblis

Masalah meningkat setelah Macron mengatakan negaranya tidak akan "meninggalkan karikatur" Nabi Muhammad, setelah seorang guru Perancis dibunuh secara tragis.

Pernyataan Macron menyebabkan kemarahan di dunia Muslim, dengan pengunjuk rasa di beberapa negara mayoritas Muslim, termasuk Turki, Pakistan dan Bangladesh, menyerukan untuk memboikot barang-barang Perancis serta menuntut pengusiran duta besar Perancis ke ibu kota negara mereka.

Namun, di India, di mana para kritikus mengatakan sentimen anti-Muslim telah meningkat sejak Partai sayap kanan Bharatiya Janata (BJP) berkuasa pada 2014, banyak yang berunjuk rasa mendukung pemimpin Perancis.

Baca juga: Pemimpin Muslim di Perancis Minta Umat Islam Abaikan Kartun Nabi Muhammad

“Toleransi juga harus sekuler. #IStandWithFrance. Selamat, Presiden Perancis,” tulis Parvesh Sahib Singh, seorang anggota parlemen BJP di Twitter.

Awal tahun ini, India menerima 5 jet tempur Rafale buatan Perancis, gelombang pertama dari kesepakatan kontroversial senilai 9,4 miliar dollar AS (Rp 137,7 triliun) dengan Perancis yang ditandatangani pada 2016.

Tagar lain yang terkait dengan ucapan Macron yang menjadi tren di Twitter India pada Selasa, yaitu termasuk #WellDoneMacron dan #MacronTHEHERO.

Baca juga: Protes Bermunculan, Perancis Desak Warganya di Negara Muslim untuk Berhati-hati

Sentimen anti-Muslim di India

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah dituduh menjalankan kebijakan anti-Muslim, dengan undang-undang kewarganegaraan kontroversial yang mengecualikan komunitas Muslim.

Pemerintah India membela Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA), dengan mengatakan hal itu bertujuan untuk melindungi minoritas yang teraniaya di negara tetangga Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan.

Protes atas undang-undang tersebut awal tahun ini menyebabkan kekerasan agama terburuk di New Delhi dalam beberapa dekade, menewaskan puluhan orang, kebanyakan dari mereka Muslim, dan membuat ribuan orang mengungsi.

Baca juga: Presiden Perancis dan Kontroversi Kartun Nabi Muhammad

Banyak Muslim telah didakwa di bawah undang-undang anti-teror yang ketat menyusul kekerasan di Delhi dengan orang-orang dipenjara dan tidak diberi jaminan.

Pada pekan lalu, kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, menunjuk tiga hukum India yang "bermasalah", termasuk CAA, yang menyebabkan penangkapan para aktivis.

Sejak 2014, puluhan Muslim juga telah digantung oleh massa Hindu karena dicurigai menyembelih sapi, yang dianggap suci oleh banyak umat Hindu.

Kelompok hak asasi manusia mengkritik India karena lambatnya hukuman dalam kasus kejahatan kebencian terhadap Muslim.

Baca juga: Iran Tuding Presiden Perancis Justru Menyulut Ekstremisme

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com