Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kontroversi Kartun Nabi Muhammad di Perancis, Tagar #IStandWithFrance Viral di India

NEW DELHI, KOMPAS.com - Ketika Muslim di seluruh dunia memprotes dan memperluas seruan mereka untuk memboikot produk Perancis atas komentar Presiden Emmanual Macron tentang Islam dan penggambaran Nabi Muhammad, tagar dengan pesan berbeda sedang tren di India yang mayoritas Hindu.

Melansir Al Jazeera pada Selasa (27/10/2020), #IStandWithFrance dan #WeStandWithFrance berada di antara tren teratas di Twitter India pada Senin dan Selasa, dengan ribuan pengguna India mengekspresikan solidaritas mereka kepada Perancis.

Macron telah memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim dengan menuduh Muslim Perancis "separatisme" dan menggambarkan Islam sebagai "agama yang mengalami krisis di seluruh dunia".

Masalah meningkat setelah Macron mengatakan negaranya tidak akan "meninggalkan karikatur" Nabi Muhammad, setelah seorang guru Perancis dibunuh secara tragis.

Pernyataan Macron menyebabkan kemarahan di dunia Muslim, dengan pengunjuk rasa di beberapa negara mayoritas Muslim, termasuk Turki, Pakistan dan Bangladesh, menyerukan untuk memboikot barang-barang Perancis serta menuntut pengusiran duta besar Perancis ke ibu kota negara mereka.

Namun, di India, di mana para kritikus mengatakan sentimen anti-Muslim telah meningkat sejak Partai sayap kanan Bharatiya Janata (BJP) berkuasa pada 2014, banyak yang berunjuk rasa mendukung pemimpin Perancis.

“Toleransi juga harus sekuler. #IStandWithFrance. Selamat, Presiden Perancis,” tulis Parvesh Sahib Singh, seorang anggota parlemen BJP di Twitter.

Awal tahun ini, India menerima 5 jet tempur Rafale buatan Perancis, gelombang pertama dari kesepakatan kontroversial senilai 9,4 miliar dollar AS (Rp 137,7 triliun) dengan Perancis yang ditandatangani pada 2016.

Tagar lain yang terkait dengan ucapan Macron yang menjadi tren di Twitter India pada Selasa, yaitu termasuk #WellDoneMacron dan #MacronTHEHERO.

Sentimen anti-Muslim di India

Pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi telah dituduh menjalankan kebijakan anti-Muslim, dengan undang-undang kewarganegaraan kontroversial yang mengecualikan komunitas Muslim.

Pemerintah India membela Undang-Undang Amandemen Kewarganegaraan (CAA), dengan mengatakan hal itu bertujuan untuk melindungi minoritas yang teraniaya di negara tetangga Pakistan, Bangladesh dan Afghanistan.

Protes atas undang-undang tersebut awal tahun ini menyebabkan kekerasan agama terburuk di New Delhi dalam beberapa dekade, menewaskan puluhan orang, kebanyakan dari mereka Muslim, dan membuat ribuan orang mengungsi.

Banyak Muslim telah didakwa di bawah undang-undang anti-teror yang ketat menyusul kekerasan di Delhi dengan orang-orang dipenjara dan tidak diberi jaminan.

Pada pekan lalu, kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, menunjuk tiga hukum India yang "bermasalah", termasuk CAA, yang menyebabkan penangkapan para aktivis.

Sejak 2014, puluhan Muslim juga telah digantung oleh massa Hindu karena dicurigai menyembelih sapi, yang dianggap suci oleh banyak umat Hindu.

Kelompok hak asasi manusia mengkritik India karena lambatnya hukuman dalam kasus kejahatan kebencian terhadap Muslim.

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/28/194614070/kontroversi-kartun-nabi-muhammad-di-perancis-tagar-istandwithfrance-viral

Terkini Lainnya

Punggung Basah, Kepala Pusing: Pelajar Filipina Menderita Akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah, Kepala Pusing: Pelajar Filipina Menderita Akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke