Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Dunia Khawatir Gelombang Kedua Corona, Iran Hadapi Gelombang Ketiga

Kompas.com - 17/10/2020, 12:19 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

TEHERAN, KOMPAS.com - Di tengah penyebaran virus corona yang memasuki gelombang kedua di banyak negara, terutama di Eropa, Iran justru telah memasuki gelombang ketiga Covid-19.

Iran merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang paling banyak mencatat infeksi virus corona dan "gelombang ketiga" yang tengah dialami negara itu, sejauh ini yang paling banyak orang meninggal.

Iran mencatat rekor infeksi Covid-19 dalam 24 jam pada pertengahan minggu ini dengan 4.830 kasus Covid-19 baru pada Rabu (14/10/2020) menurut data dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat (AS).

Sampai Jumat (16/10/2020), angka total infeksi virus corona di Iran mencapai lebih dari 522.000 kasus dan angka kematian hampir 30.000 jiwa.

Di satu sisi, angka infeksi virus corona sejauh ini mencapai lebih dari 39 juta kasus dan kematian hampir 1,1 juta jiwa.

Baca juga: Iran Hadapi Gelombang Kematian Covid-19, Aturan Masker Mulai Diterapkan

Negara Persia ini telah mencatat rekor sejak tanggal 22 September lalu, dengan melewati 3.574 kasus Covid-19 dalam 24 jam, angka yang tercatat paling tinggi pada awal Juni, pada "gelombang kedua."

"Walaupun gelombang kedua berhasil ditekan, gelombang ketiga ini muncul karena protokol keberhasilan tidak diindahkan," kata Menteri Kesehatan Iran Saeed Namaki pada akhir September seperti dikutip kantor berita resmi Iran Press.

Pada 5 Oktober lalu, Iran telah mencatat angka kematian seperti yang terdata pada Juli lalu.

Jumlah kematian sebanyak 279 jiwa pada Rabu juga merupakan angka tertinggi dalam 24 jam yang terjadi.

Namun angka kematian yang sebenarnya jauh lebih tinggi.

Baca juga: Jelang Berakhirnya Embargo Senjata, Iran Ejek AS

Agustus lalu BBC seksi Persia menerima bocoran laporan pemerintah yang menunjukkan pada 20 Juli, hampir 42.000 orang meninggal dengan gejala Covid-19.

Namun Kementerian Kesehatan Iran hanya melaporkan kematian sebanyak 14.405 jiwa.

Jumlah orang yang terinfeksi virus corona dalam dokumen yang dibocorkan itu juga dua kali lipat dibandingkan dengan data yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan.

Wakil Menteri Kesehatan Iran Iraj Haririchi akhirnya mengakui bahwa angka kematian sebenarnya "secara signifikan" lebih tinggi dari angka resmi yang dikeluarkan.

Menurut BBC Persia, Haririchi menerangkan bahwa statistik resmi didasarkan pada jumlah kematian orang yang telah dinyatakan positif Covid-19 melalui uji PCR.

Baca juga: IAEA: Buat 1 Bom Nuklir Saja, Iran Tak Punya Cukup Uranium

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com