TEHERAN, KOMPAS.com - Ibu kota Iran telah kehabisan tempat tidur perawatan intensif karena negara itu menghadapi gelombang baru infeksi virus corona yang memenuhi rumah sakit dan kuburan. Korban meninggal satu hari mencapai rekor tertinggi sebanayak 3 kali pekan ini.
Delapan bulan setelah pandemi Covid-19 pertama kali menyerbu Iran, menghantam ekonominya yang sudah melemah dan para pejabat di tingkat tertinggi pemerintahannya belum dapat mencegah penyebarannya.
Melansir Associated Press pada Kamis (15/10/2020), di negara yang hancur akibat sanksi Amerika, pemerintah Iran menganggap lockdown ekonomi seperti yang diberlakukan di Eropa dan Amerika Serikat, tidak mungkin dilakukan.
“Pandemi tidak akan segera membaik di negara kita. Ini semakin buruk dari hari ke hari,” kata Mohadeseh Karim, seorang mahasiswi berusia 23 tahun di Teheran.
Di media sosial, orang Iran menggambarkan adegan kacau di rumah sakit yang kewalahan menanagani pasien Covid-19.
Di TV pemerintah, para penggali kubur dapat dilihat membuka lahan baru di kuburan yang luas untuk para korban virus corona, saat jumlah kematian harian memecahkan rekor pada Minggu-Senin (11-12/10/2020) dan Rabu (14/10/2020).
Baca juga: Jelang Berakhirnya Embargo Senjata, Iran Ejek AS
Seorang pejabat tinggi kesehatan Iran mengumumkan bahwa keseluruhan rawat inap di Teheran naik 12 persen lebih banyak daripada lonjakan virus corona sebelumnya.
Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei telah memerintahkan rumah sakit militer untuk meningkatkan kapasitas mereka.
“Situasinya sangat kritis,” kata Mino Mohraz, anggota satuan tugas virus corona negara yang mengatakan unit perawatan intensif di ibu kota sudah penuh. Tidak ada tempat tidur kosong untuk pasien baru.
Pesan dan tindakan kontradiktif telah mengganggu respons virus corona oleh pemerintah, membantu mendorong 29.600 korban meninggal yang dilaporkan di negara itu menjadi No. 1 di Timur Tengah.
Pada awalnya, para pejabat berusaha meremehkan virus corona tersebut, dan para ahli internasional menuduh mereka menutupi skala wabah.
Baca juga: IAEA: Buat 1 Bom Nuklir Saja, Iran Tak Punya Cukup Uranium
Pihak berwenang menolak untuk menutup tempat-tempat suci yang ramai dan malah mengumpulkan warga untuk pemilihan parlemen dan peringatan Revolusi Islam 1979 pada Februari.
Ketika infeksi membengkak pada akhir Maret, pemerintah segera memerintahkan penutupan kantor dan bisnis yang tidak penting. Kira-kira 2 pekan kemudian, toko-toko dan restoran dibuka kembali di kota-kota besar.
Pada September, pemerintah mendorong sekolah yang telah ditutup sejak Maret untuk dibuka kembali.
Namun baru-baru ini, pihak berwenang telah memberlakukan pembatasan dan memberikan peringatan dramatis.