Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebut "Islam dalam Krisis", Presiden Macron Tuai Kecaman Umat Muslim di Media Sosial

Kompas.com - 02/10/2020, 21:56 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

PARIS, KOMPAS.com - Presiden Emmanuel Macron telah mengumumkan sebuah rencana untuk membela nilai-nilai sekuler Perancis terhadap apa yang dia sebut sebagai "radikalisme Islam".

Macron mengatakan bahwa agama Islam itu "dalam krisis" di seluruh dunia, memicu reaksi balik dari para aktivis Muslim.

Dalam pidatonya yang telah lama ditunggu pada Jumat (2/10/2020), Macron menegaskan “tidak ada konsesi” yang akan dibuat dalam upaya baru untuk mendorong agama keluar dari pendidikan dan sektor publik di Perancis.

“Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini, kami tidak hanya melihat ini di negara kami,” katanya, seperti yang dilansir dari Al Jazeera pada Jumat (2/10/2020).

Dia mengumumkan bahwa pemerintah akan mengajukan RUU pada Desember untuk memperkuat undang-undang 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Perancis.

Baca juga: Pemimpin Hezbollah: Perancis Jangan Bertindak Layaknya Penguasa Lebanon

Langkah-langkah tersebut, kata Macron, ditujukan untuk mengatasi masalah tumbuhnya "radikalisasi" di Perancis dan meningkatkan "kemampuan kami untuk hidup bersama".

“Sekularisme adalah semen dari persatuan Perancis,” dia menegaskan, tetapi menambahkan bahwa tidak ada gunanya menstigmatisasi semua Muslim yang beriman.

Undang-undang mengizinkan orang untuk menganut agama apa pun yang mereka pilih, kata Macron, tetapi tampilan luar dari afiliasi keagamaan akan dilarang di sekolah dan layanan publik.

Mengenakan jilbab sudah dilarang di sekolah-sekolah Perancis dan pegawai negeri juga dilarang memakainya di tempat kerja mereka.

Pidato Macron tersebut menyebabkan perdebatan di media sosial.

Baca juga: Ribut Lagi, Erdogan Olok-olok Presiden Perancis Tidak Becus Urus Negara

Yasser Louati, seorang aktivis Muslim Perancis, menulis di Twitter, “Penindasan terhadap Muslim telah menjadi ancaman, sekarang itu adalah janji.

"Dalam pidato 1 jam #Macron, menguatkan sayap kanan, anti-Muslim kiri, dan mengancam kehidupan siswa Muslim dengan menyerukan pembatasan drastis pada home schooling, meski pun pandemi global,” lanjutnya.

Rim-Sarah Alaoune, seorang akademisi Perancis, mengatakan dalam Twitter, “Presiden Macron menggambarkan Islam sebagai 'agama yang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini'. Aku bahkan tidak tahu harus berkata apa. Pernyataan ini sangat bodoh (maaf), sehingga tidak memerlukan analisis lebih lanjut."

"Saya tidak akan menyembunyikan bahwa saya khawatir. Tidak disebutkan supremasi kulit putih, meski pun kita adalah negara yang mengekspor teori rasis dan supremasi kulit putih tentang 'perubahan besar', yang digunakan oleh teroris yang melakukan pembantaian mengerikan di #Christchurch.”

Iyad el-Baghdadi, penulis dan aktivis yang tinggal di Norwegia, hanya menulis di Twitter, "F*** you, @EmmanuelMacron."

Baca juga: Majalah Charlie Hebdo Bakal Cetak Ulang Karikatur Nabi Muhammad, Begini Sikap Presiden Perancis

Dalam pidatonya, Macron juga mengklaim sedang berusaha untuk "membebaskan" Islam di Perancis dari pengaruh asing dengan meningkatkan pengawasan pembiayaan masjid.

Selain itu, juga akan ada pengawasan lebih dekat terhadap sekolah dan asosiasi yang secara eksklusif melayani komunitas agama.

Perancis sekali lagi mengevaluasi hubungannya dengan minoritas Muslimnya, yang terbesar di Eropa.

Bulan lalu, seorang anggota parlemen Perancis dari partai Macron, La Republique En Marche, melakukan pemogokan atas kehadiran seorang pemimpin serikat mahasiswa berjilbab dalam sebuah pemeriksaan parlemen.

Sepekan sebelumnya kejadian tersebut, terjadi polemik lain, yang melibatkan seorang jurnalis Perancis yang me-retweet postingan seorang influencer Muslim muda.

Baca juga: Polisi Selidiki 2 Orang Tersangka Penikaman di Depan Bekas Kantor Charlie Hebdo

Ia membahas tentang memasak dengan anggaran terbatas dengan judul "11 September", mengacu pada serangan berdarah pada 2001 di World Trade Center di New York.

Sementara, pidato Macron pada Jumat ini terjadi sapekan setelah seorang pria menyerang 2 orang dengan pisau daging di luar bekas kantor majalah mingguan satir, Charlie Hebdo di Paris.

Serangan itu dikutuk oleh pemerintah sebagai tindakan "terorisme Islam".

Staf di Charlie Hebdo dibunuh pada Januari 2015 oleh orang-orang bersenjata yang berusaha membalas dirilisnya karikatur Nabi Muhammad.

Anggota komunitas Muslim di Perancis secara konsisten mengecam tindakan perilisan karikatur Nabi Muhammad, menggambarkannya sebagai tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Baca juga: Majalah Charlie Hebdo Umumkan Bakal Cetak Ulang Karikatur Nabi Muhammad

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com