NEW YORK, KOMPAS.com - Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menyebutkan bahwa Israel telah menghancurkan lebih dari 500 bangunan di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza pada tahun ini.
Dalam sebuah pernyataan, seperti yang dilansir dari Yenisafak pada Senin (28/9/2020), kantor PBB untuk OCHA mengatakan bahwa ada 506 bangunan Palestina dihancurkan oleh pasukan Israel di Tepi Barat dengan dalih tidak memiliki izin bangunan.
Lalu, disebutkan juga oleh PBB bahwa ada total 134 bangunan Palestina yang berada di Yerusalem Timur tidak luput dihancurkan Israel.
Baca juga: Liga Arab Yakinkan Normalisasi UEA-Israel Pasti Hentikan Aneksasi Tepi Barat
OCHA mengatakan, pasukan Israel merobohkan 22 bangunan selama 2 pekan terakhir, menyebabkan 50 warga Palestina mengungsi dan menyebabkan kerugian bagi sekitar 200 orang lainnya.
Menurut kantor PBB, 8 pembongkaran dari 12 yang terjadi di Yerusalem Timur dilakukan oleh pemiliknya sendiri untuk menghindari denda dan biaya yang dikenakan oleh otoritas Israel.
Baca juga: Pencaplokan Tepi Barat oleh Israel Ditunda atau Ditangguhkan? Palestina Tuduh UEA Bermain Retorika
Sepuluh bangunan lain yang dihancurkan terletak di Area C, yang mencakup sekitar 60 persen wilayah Tepi Barat.
Israel menduduki Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur, selama perang Timur Tengah 1967.
Israel membenarkan pembongkaran rumah Palestina karena tidak memiliki izin bangunan, yang pada dasarnya Israel sendiri yang tidak memberikan izin bangunan tersebut kepada orang Palestina.
Tepi Barat yang diduduki Israel menjadi sengketa panjang dengan Palestina, yang mana Palestina mengharapkannya menjadi ibu kota masa depan.
Obsesi aneksasi Tepi Barat oleh Israel kemudian menjadi pertimbangan utama dalam langkah pembenaran normalisasi UEA dengan Israel, yang memberikan efek penangguhan dan mengarah pada upaya penghentian niat Israel tersebut.
Baca juga: Faksi Terbesar Palestina, Fatah dan Hamas Sepakat Adakan Pemilihan Umum Setelah 15 Tahun
Langkah nomalisasi UEA dan Israel ditengahi oleh Amerika Serikat, yang menghasilkan perjanjian damai. Kemudian, langkah UEA diiikuti oleh Bahrain.
Namun, langkah normalisasi hubungan negara Teluk dengan Israel menuai kontroversi dari berbagai pihak berkepentingan. Di antaranya Palestina yang secara jelas melawan keputusan beberapa negara Arab tersebut.
Baca juga: Militer Israel Hancurkan 8 Rumah Warga Palestina di Tepi Barat
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.