Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liga Arab Yakinkan Normalisasi UEA-Israel "Pasti" Hentikan Aneksasi Tepi Barat

Kompas.com - 29/09/2020, 12:21 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

ABU DHABI, KOMPAS.com - Ketua Liga Arab Ahmed Aboul Gheit mengatakan dia memahami keprihatinan Palestina atas langkah UEA untuk menormalisasi hubungan dengan Israel, tetapi kesepakatan itu "pasti" mencegah pencaplokan atas tanah Palestina.

Melansir The National pada Senin (28/9/2020), Gheit melukiskan gambaran suram situasi terkini dunia Arab dalam sebuah wawancara dengan Sky News yang berbasis di Abu Dhabi.

Dia mengatakan kekacauan, di mana sebagian besar wilayah jatuh dalam dekade terakhir yang memberi negara-negara Muslim non-Arab, Turki, dan Iran kesempatan untuk mencoba mendominasi daerah tersebut.

Baca juga: Setelah UEA dan Bahrain, Oman dan Sudan Dikabarkan akan Berdamai dengan Israel

Abdoil Gheit adalah seorang diplomat Mesir yang sudah memimpin Liga Abar sejak 2016, juga menolak anggapan bahwa organisasi itu tidak efektif dan harus dibubarkan setelah 75 tahun berdiri.

"Saya sepenuhnya memahami keprihatinan Palestina tetapi, di sisi lain, saya secara pribadi telah berfokus pada poin yang sangat spesifik, bahwa UEA dan AS mencapai pemahaman yang ditekankan untuk pihak Israel menangguhkan aneksasi tanah Palestina," kata Gheit.

“Saya melihat itu sebagai perkembangan besar. Saya pribadi berpikir bahwa aneksasi pasti akan terjadi...Sekarang setelah dibekukan, itu tidak akan diaktifkan lagi," tambahnya.

Baca juga: Hamas Ancam Eskalasi Militer ke Israel karena Perjanjian Damai UEA, Bahrain dengan Israel

Aboul Gheit mengatakan bahwa tanpa perjanjian UEA-Israel, Israel akan mengumumkan aneksasi tanah Palestina di Tepi Barat sehari setelah pemilihan presiden AS pada 3 November, jika Presiden Donald Trump terpilih kembali.

“Saya mengatakan itu dengan tingkat kepastian terbesar,” katanya.

Ada kritik baru-baru ini tentang peran Liga Arab dalam menangani masalah-masalah mendesak di kawasan Arab, dan beberapa orang di Mesir menggambarkannya sebagai "bahan ghibah".

Baca juga: Setelah UEA dan Bahrain, Trump Berharap Arab Saudi Berdamai dengan Israel

Aboul Gheit dengan marah menolak kritik tersebut, "Orang-orang berkata, 'Selesaikan Liga Arab sekarang setelah usianya 75 tahun'."

"Oke, selesaikan Liga Arab dan serahkan wilayah itu ke Iran dan Turki, dan keduanya dapat mendirikan organisasi Timur Tengah baru yang mereka undang Israel, dan mereka bertiga dapat mendominasi dunia Arab," ungkapnya.

Ia kemudian menambahkan, “Kami, orang Arab, harus bangkit karena ada ancaman yang akan segera terjadi terhadap identitas Arab di wilayah ini, yang harus dipertahankan."

Ada 350 juta orang Arab. Ada satu bahasa, budaya, tentara, negara, dan kekuatan kemauan, sebutnya untuk dapat bangkit bersama.

Baca juga: Kecewa dengan Liga Arab, Palestina Pilih Mundur dari Kursi Kepresidenan Dewan

"Orang Arab telah ada sepanjang sejarah dan akan ada selama ratusan tahun yang akan datang,” ucapnya.

Dia menelusuri pengurangan pengaruh Arab yang dirasakan di wilayah tersebut, hingga pemberontakan yang dimulai pada akhir 2010 di Tunisia sebelum menyebar ke Mesir, Suriah, Libya, dan Yaman.

Pemberontakan “meluncurkan situasi baru di kawasan, intimidasi oleh partai-partai regional dan kelemahan ekstrim beberapa negara Arab dan runtuhnya negara lain”.

Gheit berbicara tentang pengaruh Iran di beberapa negara Arab, dan intervensi militer langsung oleh Turki di Irak, Suriah dan Libya.

Dia juga menyebutkan Ethiopia, yang menurutnya memberlakukan "ukuran hegemoni" di atas perairan Nil.

Bendungan Renaisans Besar Ethiopia memicu ketakutan dari negara hilir Mesir bahwa struktur tersebut akan secara dahsyat mengurangi bagiannya dari air sungai.

Baca juga: Liga Arab Tolak Permintaan Palestina untuk Kecam Normalisasi Hubungan UEA-Israel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com