Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Raja Salman Kritik Habis-habisan Iran dalam Pidatonya di Sidang Umum PBB

Kompas.com - 24/09/2020, 18:53 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Al Jazeera

Membaca dari selembar kertas dan duduk di meja di bawah potret besar ayahnya, Raja Salman menegaskan kembali peran sakral Islam di Arab Saudi, yang diyakini umat Islam telah diturunkan kepada Nabi Muhammad lebih dari 1.400 tahun yang lalu di gua-gua pegunungan. Mekah.

Baca juga: Pembunuhan Khashoggi, 29 Negara Kecam Arab Saudi

Dia menahan diri untuk tidak mengkritik kesepakatan baru-baru ini yang dibuat oleh Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain untuk menjalin hubungan dengan Israel.

Namun, dalam upaya untuk menengahi perdamaian antara Israel dan Palestina, raja Saudi mengatakan inisiatif perdamaian Arab 2002 adalah dasar untuk "solusi komprehensif dan adil" yang memastikan Palestina mendapatkan hak sebagai negara merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.

"Kami mendukung upaya pemerintah AS saat ini untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah dengan membawa Palestina dan Israel ke meja perundingan untuk mencapai kesepakatan yang adil dan komprehensif,” kata Salman.

Baca juga: Kurangi Penggunaan Kertas, Arab Saudi Uji Coba Registrasi Pernikahan Lewat Online

Penolakan nyata

Arab Saudi, tempat kelahiran Islam dan situs tempat suci paling suci, menyusun inisiatif pada 2002, di mana negara-negara Arab menawarkan untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai imbalan atas kesepakatan kenegaraan dengan Palestina dan penarikan penuh Israel dari wilayah yang direbut pada 1967.

Para pemimpin Palestina mengutuk hubungan UEA dan Bahrain yang menghangat dengan Israel, menggambarkannya sebagai pengkhianatan atas upaya mereka untuk memenangkan status kenegaraan di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki.

Mann Leverett mencatat ada laporan tentang perbedaan dalam keluarga kerajaan, terutama antara Raja Salman dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, tentang apakah Arab Saudi akan mengikuti seperti pihak lainnya di wilayah Timur Tengah dan menormalkan hubungan dengan Israel.

"Jadi, ini adalah kesempatan untuk publik di depan dunia menegaskan kembali posisi lama Arab Saudi...bahwa perlu ada 2 negara, yang salah satunya adalah negara merdeka Palestina dengan ibukotanya, Yerusalem Timur," ujar
Mann Leverett.

Palestina sebagai negara merdeka adalah penegasan kembali yang jelas dari pendirian Arab Saudi, dan penolakan nyata terhadap upaya saat ini untuk mendorong negara-negara Arab agar menjadi normal dengan Israel.

"Itu sangat penting," katanya.

Baca juga: Buku Ini Ungkap Kelihaian MBS Menangkan Hati Trump Sehingga Jadi Putra Mahkota Arab Saudi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com