Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pesan Tersembunyi AS, 2 Kali dalam 2 Bulan Kunjungi Taiwan di Tengah Hubungan Memanas dengan China

Kompas.com - 18/09/2020, 13:44 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CNN

HONG KONG, KOMPAS.com - Seorang pejabat tinggi Amerika Serikat mengunjungi Taiwan untuk kedua kalinya dalam 2 bulan, di tengah semakin tingginya tekanan China terhadap Taiwan, karena serangkaian latihan militer dan serangan pesawat.

Keith Krach, Wakil Menteri Luar Negeri untuk Pertumbuhan Ekonomi, Energi, dan Lingkungan, tiba di Taiwan pada Kamis malam waktu setempat (17/9/2020), dan akan mewakili AS pada upacara peringatan mantan Presiden Taiwan Lee Teng-hui pada Sabtu (19/9/2020).

Kunjungan Krach, lebih dari sebulan setelah Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS Alex Azar mengunjungi Taiwan pada pertengahan Agustus, menurut laporan yang dilansir dari CNN pada Jumat (18/9/2020).

Kunjungan tersebut dilakukan dengan dalih untuk membahas langkah-langkah pencegahan virus corona, tetapi secara bersamaan menunjukkan dukungan yang sangat simbolis dari pemerintahan Trump kepada Taipei.

Azar adalah pejabat AS tingkat tertinggi yang mengunjungi pulau itu dalam beberapa dekade.

AS telah mempertahankan hubungan dekat dengan Taiwan, sejak pulau itu terpisah dari daratan China pada 1949, setelah berakhirnya perang saudara yang berdarah.

Baca juga: Pejabat Tinggi AS Kunjungi Taiwan Lagi, China Akan Bertindak

Namun, saat Washington dan Beijing menjalin hubungan diplomatik formal pada 1979, AS cenderung menahan diri dari mengirim pejabat tingkat tinggi ke Taipei untuk menghindari perselisihan dengan pemerintah China.

Pemimpin China, Presiden Xi Jinping, telah jelas dalam ambisinya untuk "menyatukan kembali" Taiwan dengan pusat daratan China, melalui kekuatan militernya.

Namun, Partai Komunis China (CCP) yang berkuasa tidak pernah menggunakan kendali langsung atas Taiwan.

Sehingga, para ahli mengatakan bahwa niat Krach untuk memberi penghormatan kepada mantan Presiden Taiwan Lee, yang meninggal pada 30 Juli di usia 97, kemungkinan besar akan membuat marah Beijing.

Yinan He, seorang profesor di Departemen Hubungan Internasional di Universitas Lehigh, mengatakan bahwa Lee adalah pemimpin Taiwan pertama yang mengutarakan gagasan pulau itu sebagai entitas terpisah yang berbeda dari China daratan.

"Itu membuatnya menjadi orang nomor 1 atau nomor 2 yang paling dibenci dalam daftar Beijing untuk Taiwan. Jadi, dengan memberikan penghormatan kepada orang ini, pemerintahan Trump benar-benar menarik perhatian Beijing," kata Yinan He.

Baca juga: Abaikan Amarah China, Pejabat Tinggi AS Akan Kunjungi Taiwan Lagi

Departemen Luar Negeri AS mengumumkan pada Kamis (17/9/2020), bahwa Krach sedang dalam perjalanan ke Taiwan untuk upacara peringatan, tetapi tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang jadwalnya atau rencananya selama di Taipei.

"Sebagai presiden Taiwan pertama yang terpilih secara demokratis, Lee mengantarkan era baru demokrasi, kemakmuran ekonomi, keterbukaan, dan supremasi hukum," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus di akun Twitter resminya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin mengatakan pada Kamis bahwa AS dan Taiwan harus "segera menghentikan" kerja sama resmi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com