Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ayahnya Meninggal karena Covid-19, Perempuan Wuhan Ini Gugat China

Kompas.com - 02/09/2020, 11:47 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber Sky News

WUHAN, KOMPAS.com - Seorang perempuan di Wuhan menggugat pemerintah China setelah ayanya meninggal karena penyakit yang disebabkan virus corona (Covid-19).

Zhao Lei melayangkan gugatan kepada Beijing, di mana dia meminta pemerintah untuk memberikan kompensasi serta permintaan maaf.

"Saya kira mereka nampak mneyembunyikan sesuatu," jelas wanita berusia 39 tahun itu, kepada Sky News di sebuah kedai teh di Wuhan.

Baca juga: TK dan Sekolah-sekolah di Wuhan Buka Kembali Setelah 7 Bulan Tutup

Zhao mengungkapkan, ayahnya terinfeksi Covid-19 pada akhir Januari. Saat itu, layanan kesehatan di kota benar-benar lumpuh.

Karena tidak ada ambulans yang bisa membawanya, mereka harus berjalan hampir 10 km dalam cuaca dingin sebelum mneemukan tuk-tuk.

Tetapi semuanya terlambat. Ayah Zhao kemudian meninggal karena kegagalan pernapasan ketika tengah didudukkan di bangku ruang gawat darurat.

Dilansir Selasa (1/9/2020), dia menuturkan bahwa ayahnya adalah sosok yang jujur, meski bukan seorang pembicara yang baik.

"Dia adalah pria yang sangat baik. Di Wuhan, dia hanyalah warga biasa yang begitu patuh pada segaka aturan," jelas perempuan itu.

Dia mengisahkan bahwa ayahnya itu sakit ketika ibu kota Provinsi Hubei tersebut ditutup (lockdown), dan itu membuatnya tidak terima.

Setelah sang ayah meninggal, dia hanya bisa terpaku. Setelah itu perasaan yang menjalarinya hanyalah rasa sakit dan kemarahan.

Baca juga: 8 Bulan Bergulat dengan Virus Corona, Wuhan yang Dulu Menderita Kini Berpesta

Zhao berujar, dia merasa pemerintah China menyembunyikan fakta bahwa virus corona ternyata bisa menular di antara manusia.

"Karena itu saya ingin agar pemerintah bertanggung jawab dan meminta mereka membayar sejumlah ganti rugi yang saya minta," tegasnya.

Ribuan keluarga di sana masih berduka karena kehilangan kerabat mereka akibat wabah, dengan hanya sedikit yang berani bertindak seperti Zhao.

Pengadilan kota dilaporkan menolak gugatannya Polisi sendiri juga mengunjungi ibunya dan mengancam agar kasusnya dihentikan dan mereka tak berbicara kepada publik.

Aparat juga melakukan penangkapan terhadap sejumlah jurnalis warga yang melaporkan wabah itu dari Wuhan, dengan beberapa masih dalam penahanan.

Baca juga: Artis Asal China Siapkan Film Coronation, Tentang Pandemi Covid-19 di Wuhan

Staf medis membawa seorang pasien virus corona di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Kota Wuhan, Hubei, pada 23 Januari 2020. Wabah virus corona yang pertama kali muncul pada Desember 2019 sudah menewaskan 305 orang, dan menginfeksi 14.500 orang.EPA-EFE/STRINGER Staf medis membawa seorang pasien virus corona di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan di Kota Wuhan, Hubei, pada 23 Januari 2020. Wabah virus corona yang pertama kali muncul pada Desember 2019 sudah menewaskan 305 orang, dan menginfeksi 14.500 orang.

Meski mendapat dan mengetahui ancamannya, Zhao tak gentar. Dia memutuskan membawanya ke tingkat yang lebih tinggi, Mahkamah Agung Hubei.

Dia menegaskan apa yang dilakukannya adalah legal, seraya menyatakan dia tidak mengarang-ngarang atau menciptakan suatu rumor.

"Saya kira gugatan saya ini baik untuk negara. Lain kali ketika ada wabah, kami bisa bertindak lebih cepat dan menyelamatkan banyak nyawa," kata dia.

Tentu, tindakan Zhao Lei begitu berani di China, negara yang dilaporkan tidak menoleransi adanya perbedaan dalam berpendapat.

Baca juga: Mulai 1 September, Seluruh Sekolah di Wuhan Kembali Dibuka

Apalagi ketika virus itu kemudian menjangkiti seluruh dunia, Beijing berulang kali menyebut bahwa mereka sudah "bertindak transparan dan terbuka".

Sikap Zhao itu kemudian dianggapi Yang Zhanqing, konsultan hukum yang sempat ditahan pada 2015 dan saat ini mengasingkan diri ke AS.

Yang menerangkan, dia yakin pengadilan Hubei akan menolak kasus Zhanqing karena mereka seia sekata dengan pemerintah, menganggapnya bermotif politis.

"Saya kira mulai dari pemerintah pusat hingga lokal seperti Wuhan, mereka semua mempunyai kesepakatan yang sama," papar dia.

Meski begitu, Zhao menekankan bahwa dia tidak akan menyerah, dan mendapatkan keadilan bagi sang ayah yang sudah tiada.

"Saya tidak ingin ayah saya meninggal sia-sia," kata perempuan yang sempat terpapar virus corona tak lama setelah ayahnya.

Baca juga: Usai Pesta Kolam, Ribuan Warga Wuhan Kini Berpesta Bir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Otoritas Cuaca AS Sebut Dampak Badai Matahari Kuat yang Hantam Bumi

Global
Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Tabrakan 2 Kereta di Argentina, 57 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit

Global
Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Inggris Cabut Visa Mahasiswa Pro-Palestina yang Protes Perang Gaza

Global
3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

3 Warisan Dokumenter Indonesia Masuk Daftar Memori Dunia UNESCO

Global
Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Israel Kirim 200.000 Liter Bahan Bakar ke Gaza Sesuai Permintaan

Global
China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

China Buntuti Kapal AS di Laut China Selatan lalu Keluarkan Peringatan

Global
AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

AS Kecam Israel karena Pakai Senjatanya untuk Serang Gaza

Global
9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

9 Negara yang Tolak Dukung Palestina Jadi Anggota PBB di Sidang Majelis Umum PBB

Global
Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Jumlah Korban Tewas di Gaza Dekati 35.000 Orang, Afrika Selatan Desak IJC Perintahkan Israel Angkat Kaki dari Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com