BEIRUT, KOMPAS.com - Setelah 15 belas tahun pembunuhan mantan perdana menteri Lebanon Rafik al-Hariri, Hezbollah telah berkembang menjadi kelompok penguasa negeri yang sekarang akan runtuh di tengah serangkaian krisis yang menghancurkan.
Melansir Reuters pada Rabu (19/8/2020), pengadilan yang didukung PBB pada Selasa kemarin, menghukum seorang anggota kelompok yang didukung Iran telah berkonspirasi untuk membunuh Hariri dalam pemboman 2005 dan membebaskan 3 orang lainnya.
Putusan itu diambil pada saat ekonomi Lebanon runtuh.
Institusi dari dinas keamanan hingga kepresidenan, yang diduduki oleh sekutu Hezbollah dalam kondisi kekurangan, dan orang-orang berjuang dengan akibat dari ledakan besar yang menghancurkan pusat kota Beirut bulan ini.
Tidak ada pemerintahan yang berfungsi dengan baik dan ditambah muncul lonjakan kasus pandemi Covid-19.
Pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah membantah bahwa kelompok itu pernah mengendalikan pemerintah Lebanon atau bahwa mereka memiliki mayoritas kekusaan yang akan mengizinkannya untuk bertindak sendiri.
Namun, menurut seorang sumber politik yang dekat dengan pemikiran di antara sekutu Kristen kelompok itu, mengatakan bahwa pada dasarnya Hezbollah sudah kehilangan Lebanon.
"Dengan mendapatkan mayoritas (dalam pemilihan parlemen) dan presiden di pihak mereka, mereka mengira mereka menguasai negara, tetapi apa yang terjadi sekarang dengan Hezbollah dan sekutunya, adalah bahwa mereka mendapatkan kekuasaan, tetapi mereka kehilangan negara dan rakyat," ujarnya
Baca juga: Anggota Hezbollah Bersalah Atas Pembunuhan Rafic Hariri, Mantan PM Lebanon 2005 Silam
Hezbollah telah menghadapi kritik yang meninggi karena dianggap gagal memenuhi reformasi yang dijanjikan sejak memenangkan mayoritas parlemen dengan sekutunya pada 2018.
Pemerintah yang dicalonkan oleh Hezbollah dan sekutunya setelah pemerintahan sebelumnya, yang dipimpin oleh Saad al-Hariri, digulingkan oleh pemberontakan sipil Oktober, lalu yang akhirnya mengundurkan diri jauh setelah ledakan 4 Agustus.
Saad, putra PM Hariri yang terbunuh, telah mencoba merundingkan paket penyelamatan ekonomi Lebanon dengan Dana Moneter Internasional (IMF), tetapi diblokir oleh para pialang kekuasaan yang menunjuknya.
“Ada begitu banyak masalah internal selain dari ledakan pelabuhan,” kata Magnus Ranstorp, seorang ahli Hezbollah.
Negara Lebanon hancur di bawah kekuasaan Hezbollah.
Fawaz Gerges, pakar Timur Tengah di London School of Economics, berkata, "Ini adalah salah satu tantangan paling mendasar yang dihadapi Lebanon sejak kemerdekaannya dari (Perancis) pada 1943 karena Anda sekarang menghadapi berbagai krisis yang dihadapi Lebanon dan Hezbollah."
Gerges kemudian mengatakan bahwa keputusan pengadilan terhadap kasus pembunuhan Mantan Perdana Menteri Rafic Hariri dikhawatirkan akan memicu amuk masa lebih tinggi, di samping perbedaan sektarian termasuk arah politik dan ideologi, yang menjadi dasar.
Baca juga: Menlu Arab Saudi: Perbuatan Hezbollah Khawatirkan Semua Orang