Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekuasaan Hezbollah yang Memicu Keruntuhan Lebanon

Kompas.com - 20/08/2020, 07:33 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

BEIRUT, KOMPAS.com - Setelah 15 belas tahun pembunuhan mantan perdana menteri Lebanon Rafik al-Hariri, Hezbollah telah berkembang menjadi kelompok penguasa negeri yang sekarang akan runtuh di tengah serangkaian krisis yang menghancurkan.

Melansir Reuters pada Rabu (19/8/2020), pengadilan yang didukung PBB pada Selasa kemarin, menghukum seorang anggota kelompok yang didukung Iran telah berkonspirasi untuk membunuh Hariri dalam pemboman 2005 dan membebaskan 3 orang lainnya.

Putusan itu diambil pada saat ekonomi Lebanon runtuh.

Institusi dari dinas keamanan hingga kepresidenan, yang diduduki oleh sekutu Hezbollah dalam kondisi kekurangan, dan orang-orang berjuang dengan akibat dari ledakan besar yang menghancurkan pusat kota Beirut bulan ini.

Tidak ada pemerintahan yang berfungsi dengan baik dan ditambah muncul lonjakan kasus pandemi Covid-19.

Pemimpin Hezbollah Sayyed Hassan Nasrallah membantah bahwa kelompok itu pernah mengendalikan pemerintah Lebanon atau bahwa mereka memiliki mayoritas kekusaan yang akan mengizinkannya untuk bertindak sendiri.

Namun, menurut seorang sumber politik yang dekat dengan pemikiran di antara sekutu Kristen kelompok itu, mengatakan bahwa pada dasarnya Hezbollah sudah kehilangan Lebanon.

"Dengan mendapatkan mayoritas (dalam pemilihan parlemen) dan presiden di pihak mereka, mereka mengira mereka menguasai negara, tetapi apa yang terjadi sekarang dengan Hezbollah dan sekutunya, adalah bahwa mereka mendapatkan kekuasaan, tetapi mereka kehilangan negara dan rakyat," ujarnya

Baca juga: Anggota Hezbollah Bersalah Atas Pembunuhan Rafic Hariri, Mantan PM Lebanon 2005 Silam

Hezbollah telah menghadapi kritik yang meninggi karena dianggap gagal memenuhi reformasi yang dijanjikan sejak memenangkan mayoritas parlemen dengan sekutunya pada 2018.

Pemerintah yang dicalonkan oleh Hezbollah dan sekutunya setelah pemerintahan sebelumnya, yang dipimpin oleh Saad al-Hariri, digulingkan oleh pemberontakan sipil Oktober, lalu yang akhirnya mengundurkan diri jauh setelah ledakan 4 Agustus.

Saad, putra PM Hariri yang terbunuh, telah mencoba merundingkan paket penyelamatan ekonomi Lebanon dengan Dana Moneter Internasional (IMF), tetapi diblokir oleh para pialang kekuasaan yang menunjuknya.

“Ada begitu banyak masalah internal selain dari ledakan pelabuhan,” kata Magnus Ranstorp, seorang ahli Hezbollah.

Negara Lebanon hancur di bawah kekuasaan Hezbollah.

Fawaz Gerges, pakar Timur Tengah di London School of Economics, berkata, "Ini adalah salah satu tantangan paling mendasar yang dihadapi Lebanon sejak kemerdekaannya dari (Perancis) pada 1943 karena Anda sekarang menghadapi berbagai krisis yang dihadapi Lebanon dan Hezbollah."

Gerges kemudian mengatakan bahwa keputusan pengadilan terhadap kasus pembunuhan Mantan Perdana Menteri Rafic Hariri dikhawatirkan akan memicu amuk masa lebih tinggi, di samping perbedaan sektarian termasuk arah politik dan ideologi, yang menjadi dasar.

Baca juga: Menlu Arab Saudi: Perbuatan Hezbollah Khawatirkan Semua Orang

Sementara, para donor Barat telah menginisiasi untuk Lebanon melakukan reformasi sistem pemerintahan dengan menyatakan tidak akan memberikan jaminan bantuan ke Lebanon, tanpa adanya reformasi mendasar di sistem pemerintahan yang dinilai korup.

Mohanad Hage Ali, rekan di Carnegie Middle East Center, mengatakan Hezbollah telah “gagal total” untuk memenuhi janji pemilihannya untuk memerangi korupsi.

“Mereka benar-benar tidak menyampaikan apa pun atas janji ini. Nyatanya, kampanye antikorupsi mereka sekarang menjadi lelucon populer,” kata Ali.

“Seperti halnya dengan sebagian besar kelas politik ini (di Lebanon), Hezbollah tidak berada dalam posisi yang lebih lemah daripada saat ini,” katanya.

Gerakan Syiah, yang bertindak sebagai ujung tombak Teheran dalam perang saudara di Suriah dan di seluruh wilayah, juga menghadapi kemarahan publik atas ledakan di pelabuhan Beirut yang membuat negara itu trauma.

Ledakan apa yang dikatakan pihak berwenang dipicu dari kurang lebih 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan dengan tidak aman, telah membuat warga geram karena kelalaian, ketidakmampuan, dan kelambanan pemerintah dalam menyikapi barang simpanan.

Hezbollah bukan hanya kekuatan dominan di Lebanon, tetapi juga dipandang sebagai pelindung kelas politik korup yang telah menjatuhkan Lebanon.

“Apa yang Hezbollah tidak mengerti tentang ledakan pelabuhan, teriakan, protes, adalah bahwa orang-orang melihatnya sebagai manifestasi terbaru dari elit korup dan mereka menganggap Hezbollah bertanggung jawab untuk menjaga elit ini,” kata Gerges.

Baca juga: Benarkah Hezbollah Tidak Terlibat dalam Ledakan Dahsyat di Lebanon?

"Hezbollah kehilangan narasi di Lebanon," imbuhnya.

Banyak orang Lebanon, termasuk beberapa orang Kristen yang pernah mendukung Hezbollah, telah berbalik melawan kelompok tersebut. Meski pun, mereka tidak bertanggung jawab atas krisis ekonomi yang telah menumpuk selama bertahun-tahun di bawah pemerintahan sebelumnya.

Prioritas yang berbeda

Suasana berubah setelah Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah memberikan pidato di televisi yang menyangkal tanggung jawab atas ledakan itu dan memperingatkan pengunjuk rasa, bahwa setiap serangan lagi terhadap sistem dan para pemimpinnya akan mendapat tanggapan yang kuat.

“Anda akan berharap dia menjangkau publik dengan mengatakan dia akan melakukan apa saja untuk mencari tahu apa yang telah terjadi, bahwa 'kita bersama orang-orang',” kata Gerges.

Namun, prioritas Hezbollah adalah geo-strategis daripada Lebanon-sentris.

Para analis memperkirakan Hezbollah khawatir perubahan fundamental pemerintahan di Lebanon dapat merusak kemampuannya untuk mempengaruhi sistem politik yang memungkinkannya mempertahankan senjata dan perjuangnya.

Akibatnya, Hezbollah menjadi penghambat di Lebanon.

“Mereka ingin mempertahankan posisi kuat mereka di negara ini, mereka ingin mempertahankan senjata mereka, mereka ingin mempertahankan hak veto dalam proses pengambilan keputusan," ujar Gerges.

Baca juga: Pimpinan Hezbollah Bantah Keras Klaim Keterlibatannya dalam Ledakan Dahsyat di Lebanon

Sementara pada saat yang sama, Gergese menilai mereka ingin memberi tahu orang-orang bahwa mereka menentang korupsi dan mereka berbeda dari elit penguasa yang korup.

"Kontradiksi ini telah ditangkap dari Hezbollah,” kata Gerges.

Khalil Gebara, Senior Policy Fellow di Issam Fares Institute for Public Policy and International Affairs, mengatakan, “Setelah ledakan itu, jelas bahwa sistem politik juga hampir runtuh. Tujuan Hezbollah hari ini adalah untuk memperpanjang umur sistem politik orang Lebanon."

Meski pun, pengadilan tidak menemukan bukti keterlibatan langsung pimpinan Hezbollah, hakim mengatakan pembunuhan Hariri jelas merupakan tindakan terorisme yang bermotif politik.

Putusan pengadilan itu, kata para analis, kemungkinan akan memperburuk kesulitan Hezbollah, yang sudah ditetapkan oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya sebagai kelompok teroris.

"Semakin banyak negara kemungkinan akan melihat Hezbollah sebagai organisasi teroris paramiliter," kata Gerges.

Ranstorp mengatakan bahkan sebelum putusan Hariri, suasana di Eropa dan Washington telah berbalik melawan Lebanon yang didominasi kepentingan Hezbollah, karena poros kekuatan Syiah yang telah dibangun Iran di Irak, Suriah, dan Lebanon.

Tantangan bagi Hezbollah datang karena Hezbollah dan pasukannya di Suriah secara teratur diserang oleh pesawat tempur Israel, dan milisi sekutu yang kuat di Irak, sehingga berada di bawah tekanan.

Sebagian besar analis mengatakan Hezbollah akan menunggu, dengan berharap waktu akan menguntungkannya, baik melalui presiden AS yang baru atau kemungkinan pemahaman baru antara Teheran dan pemerintahan Trump menjelang pemilihan November.

“Mereka ingin mempertahankan negara (Lebanon) seperti saat ini. Mereka tidak menginginkan negara yang kuat. Tetapi, mereka tidak ingin yang lemah terfragmentasi karena itu berarti lebih banyak tantangan bagi mereka," kata Hage Ali.

Baca juga: Israel Meningkatkan Pelatihan Perang melalui Pusat Medan Perang Virtual untuk Menghadapi Hezbollah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Militer Israel Ambil Alih Kendali Penyeberangan Rafah dari Gaza ke Mesir, Ada Maksud Apa?

Global
Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Rafah, Kota Oasis di Sinai-Gaza yang Terbelah Perbatasan Kontroversial

Internasional
Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Hari Ke-12 Sidang Uang Tutup Mulut, Trump Diperingatkan Bisa Dijatuhi Hukuman Penjara

Global
Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Remaja Ini Temukan Cara Baru Buktikan Teorema Pythagoras Pakai Trigonometri, Diremehkan Para Ahli

Global
Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com