Meski makalah penelitian itu tidak selalu merujuk pada wanita, bahasa dalam penelitian itu mengisyaratkan bahwa dokter wanita dan bikini yang mereka pakai, menjadi fokus penelitian.
"Itu sebabnya banyak wanita dari kalangan medis menganggap penelitian itu sangat menyinggung," ujar Greenhalgh.
Baca juga: Hanya Pakai Bikini di Balik APD, Perawat di Rusia Dihukum
#MedBikini bc I’m in a hospital at 4 am, and if you don’t think 12 mi hikes, beers, and bikinis don’t make me a better doctor you’re nuts. pic.twitter.com/0M7kGpWxFv
— Lauren Agoubi (@laurenagoubi) July 24, 2020
Sementara itu, seorang dokter muda bernama Agoubi (28) berkata, "Saya tentu ingin pasien saya mempercayai dan menghormati saya. Sebagian dari itu mungkin dipengaruhi oleh kehadiran media sosial."
"Namun, siapa yang memutuskan soal profesionalitas tidak boleh diserahkan hanya kepada 3 orang saja (menyindir para peneliti)."
Selain Agoubi, ada juga Stephanie, seorang mahasiswi kedokteran yang tidak memberikan nama belakangnya untuk menghindari pelecehan karena dia berbagi selfie berbikini.
Dia merasa dia telah berpakaian (bikini) dengan tepat saat pergi ke pantai mau pun saat berenang.
Menurut Stephanie, istilah "profesionalisme" sering digunakan sebagai cara terselubung untuk menegakkan rasisme dan seksisme di industri mana pun.
Baca juga: Viral, Foto Perawat di Rusia Hanya Kenakan Bikini di Balik APD
In case you wanna know what’s happening in doctor twitter today: a “scientific” publication just announced that holding alcoholic drinks and wearing bikinis are unprofessional behaviors for a doctor.
What till they hear that med schools started letting women wear pants! pic.twitter.com/waoKfWW4qE
— Dr. M (@MaaloufMD) July 24, 2020
Salah seorang mahasiswa kedokteran, Nicholas Leighton ikut melayangkan kritik, "Jadi penelitian ini dipublikasikan (hanya untuk) mempermalukan dokter dengan menganggap mereka 'tidak profesional' hanya karena mengenakan bikini atau memegang bir di foto?
Dan penelitian itu dilakukan oleh 3 pria yang membuat akun media sosial palsu untuk memata-matai para dokter wanita? 'Penelitian' ini harus ditarik kembali."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.