KOMPAS.com - Sebuah penelitian dari Journal of Vascular Surgery meneliti dampak dari "publikasi konten media sosial" dan bagaimana hal itu mampu mempengaruhi kinerja para dokter di masa depan.
Melansir New York Post, penelitian baru itu menyebutkan bahwa para dokter bedah yang memublikasikan foto-foto bikini mereka adalah dokter-dokter yang tidak profesional.
Para peneliti sebagian besar terdiri dari laki-laki. Mereka membuat akun untuk menyamar dan menyelidiki konten yang diunggah secara online.
Mereka menganggap foto yang menunjukkan minuman beralkohol, wanita memakai bikini (seperti baju renang) adalah konten-konten yang menunjukkan pengunggahnya "berpotensi tidak profesional (dalam pekerjaan)".
Banyak dokter yang kemudian merespons cepat studi yang menghina itu. Baik dokter pria mau pun wanita menganggap penelitian itu menyinggung dan mengatakan foto-foto semacam itu tidak mempengaruhi kemampuan dokter dalam melakukan pekerjaan mereka.
Baca juga: Perawat Rusia Ini Kisahkan Pengalaman Saat Fotonya Pakai Bikini di Balik APD Viral
If you are a true #heforshe then you must speak up against this disturbing study
3 men created fake social media accounts to purposefully spy on applicants
Worse they are shaming our women physician colleagues for wearing bikinis ?????????? #MedTwitter #MedBikini #retraction pic.twitter.com/MvNZoBnok2
— Mudit Chowdhary (@DrChowdharyMD) July 24, 2020
Seorang dokter bernama Mudit Chowdhary menyerukan pencabutan hasil penelitian yang dianggapnya tak sesuai itu.
Dia berkata, "Mereka mempermalukan rekan dokter wanita kita hanya karena mengenakan bikini."
Sementara itu, melansir The Post, tak satu pun dari para peneliti memberikan respons terkait kritik terhadap hasil penelitian mereka.
Namun, 2 orang peneliti bernama Thomas Cheng dan Jeffrey Siracuse menyampaikan permintaan maaf setelah menuai protes publik.
Baca juga: Fotonya Rawat Pasien Covid-19 Pakai Bikini di Balik APD Viral, Perawat Ini Jadi Model
Mereka mengatakan bahwa hasil penelitian itu bukan semata-mata hasil dan keduanya menyampaikan penyesalan mereka karena telah membuat para dokter bedah yang berusia muda merasa dihakimi.
Akibat penelitian itu, dokter wanita berbondong-bondong mengunggah foto mereka dengan bikini di media sosial sembari menggunakan tagar #MedBikini. Beberapa dari mereka memegang gelas minuman beralkohol.
"Citra tentang kemabukan yang hina, penggunaan obat terlarang atau pun kelainan seksual yang mencolok jika terjadi pada seorang dokter tentu bisa disebut tidak profesional," ujar Trisha Greenhalgh, seorang profesor dari Oxford University dikutip The Post.
"Tapi tentunya tak ada yang salah dengan foto para dokter yang memegang minuman beralkohol saat sedang tidak bertugas, mengenakan pakaian bikini saat renang atau berlibur, atau juga berpakaian halloween."
Greenhalgh (61) yang rajin berenang juga ikut berkomentar di Twitter dan mengunggah foto dirinya berbikini, foto yang menurutnya tidak 'seksis'.
Baca juga: Fotonya Hanya Pakai Bikini di Balik APD Viral, Perawat di Rusia Syok
Ha! Found a selfie in a bikini. To the 28 year old “researcher” who says this is unprofessional for women doctors, I’m old enough to be your grandmother. #MedBikini pic.twitter.com/84CKW9nfhz
— Trisha Greenhalgh ???? #BlackLivesMatter (@trishgreenhalgh) July 24, 2020
Dia menulis melalui kicauannya, "Untuk peneliti yang berusia 28 tahun, yang mengatakan hal ini (berbikini) tidak profesional bagi dokter wanita, (ketahuilah) aku cukup tua untuk jadi nenekmu."