KOMPAS.com - Sebuah penelitian dari Journal of Vascular Surgery meneliti dampak dari "publikasi konten media sosial" dan bagaimana hal itu mampu mempengaruhi kinerja para dokter di masa depan.
Melansir New York Post, penelitian baru itu menyebutkan bahwa para dokter bedah yang memublikasikan foto-foto bikini mereka adalah dokter-dokter yang tidak profesional.
Para peneliti sebagian besar terdiri dari laki-laki. Mereka membuat akun untuk menyamar dan menyelidiki konten yang diunggah secara online.
Mereka menganggap foto yang menunjukkan minuman beralkohol, wanita memakai bikini (seperti baju renang) adalah konten-konten yang menunjukkan pengunggahnya "berpotensi tidak profesional (dalam pekerjaan)".
Banyak dokter yang kemudian merespons cepat studi yang menghina itu. Baik dokter pria mau pun wanita menganggap penelitian itu menyinggung dan mengatakan foto-foto semacam itu tidak mempengaruhi kemampuan dokter dalam melakukan pekerjaan mereka.
Dia berkata, "Mereka mempermalukan rekan dokter wanita kita hanya karena mengenakan bikini."
Sementara itu, melansir The Post, tak satu pun dari para peneliti memberikan respons terkait kritik terhadap hasil penelitian mereka.
Namun, 2 orang peneliti bernama Thomas Cheng dan Jeffrey Siracuse menyampaikan permintaan maaf setelah menuai protes publik.
Mereka mengatakan bahwa hasil penelitian itu bukan semata-mata hasil dan keduanya menyampaikan penyesalan mereka karena telah membuat para dokter bedah yang berusia muda merasa dihakimi.
Akibat penelitian itu, dokter wanita berbondong-bondong mengunggah foto mereka dengan bikini di media sosial sembari menggunakan tagar #MedBikini. Beberapa dari mereka memegang gelas minuman beralkohol.
"Citra tentang kemabukan yang hina, penggunaan obat terlarang atau pun kelainan seksual yang mencolok jika terjadi pada seorang dokter tentu bisa disebut tidak profesional," ujar Trisha Greenhalgh, seorang profesor dari Oxford University dikutip The Post.
"Tapi tentunya tak ada yang salah dengan foto para dokter yang memegang minuman beralkohol saat sedang tidak bertugas, mengenakan pakaian bikini saat renang atau berlibur, atau juga berpakaian halloween."
Greenhalgh (61) yang rajin berenang juga ikut berkomentar di Twitter dan mengunggah foto dirinya berbikini, foto yang menurutnya tidak 'seksis'.
Meski makalah penelitian itu tidak selalu merujuk pada wanita, bahasa dalam penelitian itu mengisyaratkan bahwa dokter wanita dan bikini yang mereka pakai, menjadi fokus penelitian.
"Itu sebabnya banyak wanita dari kalangan medis menganggap penelitian itu sangat menyinggung," ujar Greenhalgh.
"Namun, siapa yang memutuskan soal profesionalitas tidak boleh diserahkan hanya kepada 3 orang saja (menyindir para peneliti)."
Selain Agoubi, ada juga Stephanie, seorang mahasiswi kedokteran yang tidak memberikan nama belakangnya untuk menghindari pelecehan karena dia berbagi selfie berbikini.
Dia merasa dia telah berpakaian (bikini) dengan tepat saat pergi ke pantai mau pun saat berenang.
Menurut Stephanie, istilah "profesionalisme" sering digunakan sebagai cara terselubung untuk menegakkan rasisme dan seksisme di industri mana pun.
Dan penelitian itu dilakukan oleh 3 pria yang membuat akun media sosial palsu untuk memata-matai para dokter wanita? 'Penelitian' ini harus ditarik kembali."
https://www.kompas.com/global/read/2020/07/26/070000670/dianggap-tak-profesional-jika-selfie-pakai-bikini-begini-respons-dokter