Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO: Banyak Negara Menuju "Arah yang Salah" Tangani Covid-19

Kompas.com - 14/07/2020, 13:30 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

JENEWA, KOMPAS.com - Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, banyak negara yang "menuju ke arah yang salah" ketika menangani pandemi Covid-19.

Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan, kasus yang semakin meningkat menunjukkan langkah pencegahan tidak dijalankan.

Tedros memperingatkan jika pemerintah gagal mengambil langkah tegas sebagai pencegahan, maka pandemi Covid-19 bakal "semakin memburuk".

Baca juga: Kasus Covid-19 Dunia Capai 1 Juta dalam 5 Hari, Ini Peringatan WHO

Benua Amerika disebut merupakan episentrum terbaru virus corona, dengan AS masih mengalami lonjakan kasus di tengah tensi tinggi Presiden Donald Trump dan pakar kesehatan.

AS, negara yang paling terdampak wabah di dunia, mencatatkan 3,3 juta penularan dengan 135.000 korban meninggal, menurut data Universitas Johns Hopkins.

Apa yang dikatakan WHO?

Dalam konferensi pers di Jenewa, Dr Tedros mengatakan "pesan rancu dari para pemimpin dunia" merendahkan kepercayaan publik untuk menangani wabah.

"Virus ini masih menjadi musuh nomor satu publik. Namun tindakan yang dilakukan pemerintah dan masyarakat tak mencerminkannya," keluhnya.

Dilansir BBC Senin (13/7/2020), dia menerangkan langkah seperti cuci tangan, social distancing, dan mengenakan masker harus mendapat perhatian serius.

Dia kemudian memperingatkan jika pemerintah dunia tidak menganggap serius berbagai protokol kesehatan itu, maka "kenormalan baru bisa jadi tidak dijumpai di masa mendatang".

Baca juga: Australia Harap Panel Independen WHO dapat Mengungkap Sumber Covid-19

"Jika yang dasar saja tidak dilakukan, maka hanya satu cara wabah ini akan berlangsung, yakni bakal semakin dan sangat parah," papar Tedros.

Ketua kedaruratan WHO, Dr Mike Ryan, berujar pelonggaran lockdown dan pembukaan di sejumlah wilayah di Benua Amerika jadi faktor melonjaknya Covid-19.

Amerika Latin sejauh ini mengonfirmasi kebih dari 145.000 kematian terkait wabah, meski para pakar meyakini angkanya lebih besar dari itu.

Setengah dari jumlah tersebut terjadi di Brasil, di mana sang presiden, Jair Bolsonaro, menentang pencegahan untuk menangkal virus corona.

Dr Ryan menjelaskan, penutupan area dalam skala besar jelas akan berdampak pada ekonomi. Karena itu, mitigasi berupa lockdown spesifik bisa menjadi opsi.

Dia mendesak pemerintah dunia untuk menerapkan "strategi dan jelas dan kuat", di mana warganya harus bisa memahami instruksi yang diberikan.

Baca juga: Selidiki Asal-usul Covid-19 , WHO Kirim Tim Ahli ke China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

[UNIK GLOBAL] Majikan Bunuh Diri, PRT Diwarisi Rp 43,5 Miliar | Karyawan Nekat ke Italia demi Makan Pizza Padahal Besok Kerja

Global
Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Tak Ada yang Bicara Perubahan Iklim di Pemilu India, Apa Sebabnya?

Global
Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Di Texas, Orangtua Bisa Dipenjara Jika Tinggalkan Anak Sendirian dalam Rumah

Global
Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Turkiye Setop Berbisnis dengan Israel, Pakar: Akan Sulitkan Ankara

Global
Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Tentara Israel Diserang Ratusan Lebah di Gaza Selatan

Global
Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Kritikan Paling Keras AS untuk Israel, Dituduh Mungkin Langgar Hukum Internasional

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com