ANSHUN, KOMPAS.com - Sebuah fakta baru terungkap terkait bus yang terjun ke waduk di selatan China dan membunuh 21 orang. Si sopir disebut melakukannya karena balas dendam.
otoritas keamanan publik di Anshun, Provinsi Guizhou, menuturkan si pengemudi, bermarga Zhang, mengunjungi permukimannya Selasa pekan lalu (7/7/2020).
Zhang disebut mempunyai hak sewa permanen ke rumah yang dipunyai otoritas lokal. Tetapi, bangunan itu dsebut masuk ke dalam rencana pembongkaran untuk "penataan kembali kota kumuh".
Baca juga: Bus Nyungsep ke Danau karena Sopir Mabuk, 21 Penumpang Tewas
Dia kemudian menghubungi pemerintah dan mengeluhkan rumahnya tidak boleh dihancurkan sebelum dia mendapat gantinya. Namun, pada akhirnya dia tetap dirobohkan.
Mendapati rumahnya sudah hancur, polisi menerangkan Zhang membeli minuman pukul 09.04 waktu setempat, sebelum menuju ke perusahaan bus.
Sebelum bekerja pada pukul 11.47, dia sempat menelepon pacarnya sekitar enam menit sebelumnya, mengungkapkan "sikap sinis dan pesimistis".
Dia menjalankan tugasnya sebagai sopir pukul 12.09, dan sempat menenggak minuman keras di perhentian di mana para penumpang mulai masuk.
Dilansir SCMP Minggu (12/7/2020), tiga menit kemudian dia tiba-tiba berbelok ke kiri, melintasi lima jalur sebelum terjun ke waduk terdekat.
Secara keseluruhan, 21 orang termasuk Zhang tewas. Sementara polisi merinci ada 15 orang yang mengalami luka dalam insiden tersebut.
Di antara para korban, terdapat 12 pelajar yang baru saja menyelesaikan sesi pagi ujian masuk universitas, dengan lima di antaranya tewas.
Baca juga: Dirawat Intensif, Sopir Bus yang Diserang Penumpang ini Akhirnya Tewas
Rekaman yang kemudian menyebar memperlihatkan momen terakhir bus itu sebelum terjun, memantik perdebatan apakah ini kecelakaan atau kesengajaam.
Pada Jumat (10/7/2020), majalah China Caixin melaporkan bagaimana Zhang berusaha menghentikan rumah yang disewanya dihancurkan.
Laporan itu kemudian membeberkan bus tersebut jatuh dalam aksi yang disengaja, dan merupakan balasan Zhang atas pemerintah.
Pemberitaan tersebut menjadi viral, dan memunculkan diskusi mengenai pengembangan yang dilakukan pemerintah sebelum ditarik oleh Caixin.
Akhirnya pada Minggu, kepolisian mengonfirmasi pemberitaan Caixin, sekaligus membeberkan detil mengenai insiden pada awal pekan lalu.