Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Italia Sita Narkoba Buatan ISIS Senilai Rp 16 Triliun

Kompas.com - 01/07/2020, 19:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

ROMA, KOMPAS.com - Polisi Italia dilaporkan menyita 14 ton narkoba buatan ISIS senilai Rp 16 triliun, menjadikannya penangkapan terbesar di seluruh dunia.

Barang haram itu, berbentuk 84 juta tablet Captagon yang disembunyikan di dalam produk industrial itu bernilai sekitar 1 miliar euro.

Dalam keterangan Kepolisian Naples, obat psikotropika tersebut hendak dijual ke Eropa, dengan dana hasil penjualannya digunakan untuk mendanai terorisme.

Baca juga: Buru Pemimpin ISIS yang Baru, AS Tawarkan Hadiah Uang Rp 142 Miliar

"Kami tahu ISIS mendanai kegiatan terorisnya dari penjualan narkoba yang dibuat di Suriah, yang dalam beberapa tahun terakhir jadi produsen amphetamines terbesar dunia," ujar polisi.

Penegak hukum menjelaskan, tiga kontainer mencurigakan awalnya sampai di Salermo, selatan Naples, dan berisi gulungan kertas untuk industri, begitu juga mesinnya.

Setelah gulungan kertas dan dan roda gigi dipotong, aparat menemukan tablet dengan gambar dua setengah lingkaran, simbol dari Captagon.

Video yang dipublikasikan oleh Kepolisian Naples menunjukkan pil itu tumpah, begitu mereka membuka paksa gulungan tersebut.

"Ini merupakan penyitaan terbesar amphetamines yang terjadi di seluruh dunia," jelas penegak hukum seperti dikutip AFP Rabu (1/7/2020).

Baca juga: Shamima Begum, Anggota ISIS asal Inggris, Minta Kewarganegaraannya Dipulihkan


"Obat jihad"

Captagon, yang adalah nama sebuah merek, awalnya dibuat untuk keperluan medis. Tapi versi ilegalnya disebut sebagai "Obat Jihad".

Sebabnya dalam keterangan polisi Italia, obat itu secara luas digunakan oleh anggota ISIS ketika terjun ke medan pertempuran.

Mengutip Badan Penegakan Obat AS (DEA), Kepolisian Naples menyatakan kelompok teroris itu memanfaatkan wilayah yang mereka kuasai untuk menjual narkoba.

Begitu pabrik didirikan, otoritas menyebut sangat mudah bagi teroris untuk memproduksi jumlah besar narkoba untuk mendapatkan dana.

Kepolisian menuturkan, jumlah barang haram yang berhasil mereka sita dikatakan bisa "memuaskan seluruh Eropa", tanpa menjabarkannya.

Baca juga: Dokumen ISIS dan Surat Wasit di Tangan Pelaku Teror Polsek Daha Selatan

"Konsorsium" geng kriminal diduga terlibat dalam distribusi obat, termasuk keyakinan mafia kuat asal Naples, Camorra, turut di dalamnya.

Penegak hukum menjelaskan, kemungkinan praktik produksi dan distribusi narkoba sintetis di Eropa terhenti sejak virus corona melanda.

"Banyak penyelundup, termasuk konsorsium, beralih ke Suriah yang. nampaknya, sama sekali tidak mengendurkan produksinya," jelas kepolisian.

Dua pekan lalu, juga di pelabuhan Salermo, polisi juga menyita kontainer yang dikirim dari Suriah berisi 2.800 kilogram ganja.

Selain itu juga terdapat lebih dari satu juta pil amphetamines dengan simbol yang sama seperti yang disita pada Rabu waktu setempat.

Harian La Repubblica melaporkan, polisi curiga karena kontainer tersebut, yang nampaknya berisi meja dan baju olahraga, tujuannya adalah Libya melalui perusahaan Swiss.

Baca juga: Pemimpin ISIS Pengganti Abu Bakr al-Baghadadi Dikenali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Israel Perintahkan Warga Palestina Mengungsi dari Rafah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com