Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Iran: Permintaan AS untuk Berunding adalah Dusta

Kompas.com - 24/06/2020, 15:41 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber Reuters,IRNA

TEHERAN, KOMPAS.com - Presiden Iran, Hassan Rouhani pada Selasa (23/6/2020) mengatakan bahwa permintaan Amerika Serikat untuk berunding dengan Iran adalah dusta. 

Rouhani berbicara melalui saluran TV pemerintah sebagaimana dilansir Reuters.

"Mereka bilang 'kami siap bernegosiasi'. Mereka mengatakan sesuatu yang aneh. Apa maksudnya 'kami siap bernegosiasi? Siapa yang meninggalkan meja perundingan? Siapa yang menghancurkan meja perundingan? Siapa yang membakar ruang perundingan? Itu semua ulah mereka (AS). Jadi, itu hanyalah dusta," ungkap Rouhani.

Pada awal Juni, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melalui kicauannya di Twitter mendesak Iran untuk melangsungkan kesepakatan dengan AS.

Baca juga: Trump Tidak Dapat Dipercaya, Iran Tidak Mau Berdiskusi

Sejak 2018, ketika Trump keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada 2015 dengan 6 negara adidaya (AS, China, Rusia, Jerman, Perancis, Inggris), Washington menerapkan kembali sanksi untuk menekan ekspor minyak Iran sebagai bagian dari kebijakan 'tekanan maksimum'.

AS menyatakan tujuannya untuk memaksa Teheran agar menyetujui kesepakatan yang lebih luas dalam pembatasan kerja nuklirnya, membatasi program rudal balistik dan mengakhiri perang proksi-regionalnya.

Sementara dari pihak Iran, sudah lama mengatakan tidak akan bernegosiasi jika sanksi masih diterapkan AS. Sanksi AS terbukti telah melemahkan perekonomian Iran terlebih sejak wabah virus corona melanda.

Baca juga: Iran Akan Eksekusi Mata-mata yang Bantu AS Bunuh Jenderal Qasem Soleimani

Iran menolak negosiasi dengan kekuatan yang menurun

Dilansir Kantor Berita IRNA, Republik Islam Iran memutuskan bahwa negosiasi dengan pemerintahan Trump dalam keadaan sekarang ini sangatlah tidak produktif.

AS yang telah menarik diri dari kesepakatan nuklir yang secara resmi bernama JCPOA telah mengacaukan kemungkinan negosiasi-negosiasi selanjutnya.

Namun, Iran telah mengatakan bahwa negosiasi akan mungkin terjadi jika Washington kembali masuk dalam kesepakatan nuklir dan menarik semua sanksi yang diberikan pada Teheran.

Baca juga: Senjata yang Menyasar Fasilitas MInyak Arab Saudi, Aramco, Berasal dari Iran

Negosiasi dengan AS saat ini menghilangkan kredibilitas. Ketua parlemen Iran, Mohammad Baqer Qalibaf mengatakan bahwa sementara ini meski Teheran tidak menolak diplomasi, dia percaya negosiasi dengan AS adalah suatu hal yang berbahaya dan dilarang.

Pernyataan dari Iran ini mungkin telah menghancurkan harapan Trump karena dia ingin membawa Iran ke meja perundingan sebagai alat untuk memenangkan dirinya dari pesaingnya, Joe Biden di pemilu Presiden AS November mendatang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com