""Dua menit dan 53 detik setelah itu adalah kondisi ketika Floyd tidak merespons. Polisi sudah dilatih bahwa pengekangan dalam posisi tengkurap pada dasarnya berbahaya," jelas laporan itu.
Baca juga: George Floyd, Bisakah Trump Mengerahkan Tentara dalam Menghadapi Unjuk Rasa?
Dua laporan otopsi dirilis pada Senin ini (1/6/2020), yang menekankan bahwa kematian George Floyd merupakan pembunuhan. Namun, mereka memberi versi berbeda soal penyebab kematiannya.
Dalam laporan independen yang diminta keluarga, terungkap Floyd tewas karena "sesak napas akibat tekanan berkelanjutan" di leher dan punggung.
Sementara kantor pemeriksa medis Hennepin County menyatakan, Floyd tewas karena kardiopulmoner yang disebabkan oleh kompresi leher.
Baca juga: Demo George Floyd, Trump Bantah Diungsikan ke Bunker
Kardiopulmoner tertahan artinya jantung Floyd telah berhenti. Laporan tersebut sama sekali tidak menyebutkan adanya sesak napas.
Laporan dari otoritas juga menyebutkan adanya keberadaan fentanyl, sejenis opioid yang sama dengan morfin, dan methamphetamine dalam darahnya.
Tidak disebutkan berapa banyak methamphetamine yang sudah dikonsumsi mendiang. Adapun laporan itu menyebut Floyd adalah korban pembunuhan.
Kuasa hukum keluarga kepada CNN menerangkan, meski ditemukan adanya kandungan obat, kasusnya tetap dikategorikan dia dibunuh orang lain.
Baca juga: Asphyxia, Kondisi Kekurangan Oksigen Penyebab Kematian George Floyd
Tewasnya George Floyd di tangan Derek Chauvin memunculkan kecaman dan kemarahan yang dikaitkan dengan kebrutalan penegak hukum terhadap kulit hitam.
Demonstrasi pun mulai terjadi, yang berkembang hingga setidaknya ke 350 kota seantero AS, dengan 23 negara bagian harus mengerahkan Garda Nasional guna meredamnya.
Pekerja medis, pendemo, hingga tenaga medis mendapat kekerasan dari kepolisian, dengan ada juga penegak hukum yang bergabung bersama pengunjuk rasa.
Presiden Donald Trump bereaksi dengan meminta para gubernur untuk mengambil pendekatan lebih keras dalam meredam aksi unjuk rasa.
Dia juga mengancam akan memobilisasi militer untuk memukul mundur pendemo, yang disikapi dengan kecaman hingga ejekan dari netien.
Baca juga: Tolak Rencana Trump Turunkan Militer, Menhan AS: Hanya untuk Situasi Mendesak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.